Sebagai seorang muslim, Ikhwan tidak pernah meminta kepada non-muslim untuk memberikan kata selamat pada hari keagamaan padanya. Bahkan, sebagai contoh, seorang yang mengaku dirinya muslim, tapi dengan sengaja meninggalkan atau tidak melakukan puasa Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan secara syariat, dia tidak berhak dan pantas mendapatkan ucapan selamat dari saudara lainnya yang muslim.
Toleransi mengajarkan kita untuk saling menghargai, termasuk di dalamnya toleransi beragama. Toleransi tidak mengajarkan kita menjadi orang yang ‘melenceng’ dari iman yang diyakininya. Toleransi tidak mengajarkan orang menjadi munafik, di mana apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan apa yang diyakini di dalam hatinya.
Toleransi tidak mengajarkan untuk memaksakan kehendak atau keyakinannya pada orang lain. Bukankan Islam mengajarkan, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku” yang bermakna toleransi di dalamnya.
Jangan menganggap bahwa orang yang tidak mengucapkan selamat hari keagamaan pada umat yang merayakan sebagai sikap yang tidak fair, asosial, atau intoleran karena perbedaan keyakinannya. Jangan ‘memaksa’ orang yang berbeda agama dengan dalih kata toleransi untuk mau ikut apa yang diinginkannya. Karena sesungguhnya orang seperti itulah yang intoleran, yang tidak menghargai keyakinan dan keimanan orang lain. Janganlah bersikap intoleran dengan dalih kata toleransi itu sendiri.
Mari kita wujudkan kerukunan beragama dalam suasana penuh toleransi dalam arti yang sesungguhnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI