Mohon tunggu...
Mappesangka Mustafa
Mappesangka Mustafa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pembelajar yang mencoba menuangkan gagasan dan pemikirannya lewat tulisan seadanya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ironi Cinta Rasul

6 Februari 2012   02:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:00 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu masih kecil, saat aku diperingatkan ibuku karena kenakalan dan ketidakpatuhanku, ibuku berkata, “Nak…kalau kamu sayang saya mama, gak perlu kamu bilang 1.000 kali sehari kalau kamu sayang atau cinta sama mama. Kalau kamu patuh dan nurut sama kata mama, itu sudah cukup. Itu tandanya kamu sayang dan cinta sama mama.”

Kata-kata seperti itu masih melekat dalam ingatanku. Dan kalau hal itu coba dikaitkan dengan cinta dan sayang Rasul, tentunya kurang lebih seperti itu. Kita tidak perlu bilang, 1.000 kali perhari, “Saya sayang dan cinta Rasul”, cukuplah kita buktikan dengan mengikuti segala sunnahnya. Apa yang Rasul perintahkan kita ikuti dan apa yang dilarangnya kita tidak kerjakan. Perkataan dan perbuatannya kita tiru dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, di masyarakat sekitar yang saya lihat, sayangnya implementasi itu tidak tampak. Kemarin, di sebuah masjid yang baru saja memperingati maulid nabi, tampak masjidnya kotor dan sampah-sampah berserakan. Suatu pemandangan yang bertentangan dengan ajaran Islam dan Rasulnya yang mengajarkan kebersihan dan kesucian.

Di masjid dekat rumah, sebuah majelis, yang katanya cinta Rasul, dalam mengadakan pengajian melakukan pencurian listrik untuk kegiatannya dan para stafnya lalai dan meninggalkan shalat wajib berjamaah di masjid. Padahal Rasul tidak pernah mencuri dan lalai dalam shalat wajib berjamaah.

Di dekat rumah, sebuah majelis yang katanya dipimpin oleh seorang keturunan nabi (habib), setiap mengadakan acara, suara dari loud speaker-nya mengganggu ketentraman lingkungan sekitarnya. Sedangkan Rasul mengajarkan kita untuk tidak mengganggu tetangga dan ketentraman warga sekitar.

Suatu malam, saya harus pulang jalan kaki, karena sebuah jalan layang dekat rumah ditutup dan diisi dengan parkir motor para jamaah majelis yang mengaku para pecinta Rasul sehingga kendaraan umum yang saya tumpangi tidak bisa lewat. Banyak orang yang mesti terganggu hajat dan kebutuhannya karena penutupan jalan umum tersebut.

Itu hanya sebagian contoh saja. Seandainya Rasulullah masih hidup dan melihat umatnya yang mengaku cinta padanya, tapi melakukan hal-hal tersebut di atas, kira-kira apa yang akan dikatakannya? Mungkin mirip seperti yang ibuku katakan padaku. Astagfirullah...

Maafkan kami ya Rasul... Jadikan kami orang-orang yang mencintaimu dan mengikuti sunnahmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun