Mohon tunggu...
Mappa Sikra
Mappa Sikra Mohon Tunggu... Jurnalis - One Life, live it

pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Virus Corona dan "Garring Pua" di Zaman Kerajaan Gowa

10 April 2020   18:41 Diperbarui: 10 April 2020   19:45 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mappaselleng Dang Maggaoe (almarhum)

Beberapa jam lalu, sebelum memulai tulisan ini, saya menerima video singkat seniman muda bernama Daeng Tutu, sedang memainkan Sinrilik. Salah satu alat muisik gesek yang dikenal di Sulawesi Selatan. Juga ada narasi, yang berceritera tentang 'Garring Pua'. Narasi itu yang saya tuangkan juga dalam tulisan ini.

Durasinya tidak terlalu panjang.  Hanya sekitar 51 detik.  Iya menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat, agar benar-benar memperhatikan himbauan pemerintah selama menghadapi coronavirus. 

Himbauannya, agar tetap menjaga diri dan menjaga keluarga seisi rumah. Caranya, dengan tetap tinggal di rumah.

Bagi saya, apa yang disampaikan Daeng Tutu dengan seni bertuturnya itu, bukanlah hal baru.  Ayah saya, Mappaselleng Daeng Maggaoe, (almarhum) juga adalah seniman Sinrilik generasi awal. Saya sering menemani ketika masih kecil. Tugas saya membuka buku ceritera bertuliskan lontarak yang ditulis Matthes, orang Belanda.

Sama yang disampaikan Daeng Tutu, ada saatnya ayah saya memainkan sinrilik dengan tema ceritera sejarah. Seperti Kapalak Tallumbatua dan Datu Museng. Kadang,  menyampaikan pesan-pesan pemerintah, pesan-pesan pembangunan. Dimana dianggap lebih komunikatif dan lebih mudah sampai dengan media Sinrilik. Karena memang Sinrilik, begitu mengakar di masyarakat.

Penyampain Dang Tutu, dalam Sirilik nya terkait Corona dalam bahasa Makassar kira-kira seperti ini :

("Kere uruna kere pakaramulana, kere pokokna kere aka' malaranrakna. Naniyak naung annurung  nikanayya virusu korona. Angngerang garring, rapangi na garring pua' santuruk tongi  nikanayya setang tanlante nyaknyak.

Kikatutui laloi kalenta, katutui sikontu bone ballatta, naki pilangngeri nanipinawang pakkananna, tumapparentata. Naki massing ammantang ngasengriballata ngaseng.)

Terjemahan bebasnya kira-kira begini :

Tak ada angin tak ada tanda-tanda lain, tiba-tiba ada penyakit yang namanya Virus Corona. Membawa penyakit tak ubahnya 'Garring Pua'.

Makanya, kepada warga, dengarkan himbauan pemerintah, menjaga kesehatan dan menjaga keluarga agar tetap di rumah saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun