Pernah jumpa Mas Jumri, saat berkunjung dan menginap ke resor, dimana Mas Jumri bertugas sebagai guide juga master dive. Â Saya juga jumpa Pak Ronal Lolang. Tak ceritera soal Bunga Raflesia. Ia hanya berceritera soal banyaknya Beruang Madu dan Ayam hutan dan Minyak Kelapa.
Ada keinginannya mengelola sekitar 1000 hektar  untuk dijadikan kawasan ekowisata. Dikelola bersama masyarakat. Wisata ilmiah, mengungkap banyaknya misteri yang tersimpan rapat di belantara bukit kars Teluk Sumbang.
Resor milik Pak Ronal juga berhadapan dengan laut yang jernih, dengan keanekaragaman biota yang tumbuh dan terawat dengan baik. Banyak peneliti, yang menemukan hal unik di dasar laut Teluk Sumbang.
Terus terang, Bunga Raflesia membuat saya penasaran. Saya lalu berfikir, ketika nama Rafles dan Arnoldii, dijadikan satu menjadi nama Bunga Raflesia Arnoldi, mengapa baru sekarang ditemukan. Mungkin yang ditemukan Mas Jumri, adalah saat berbunga yang kesekian kalinya.
Ini satu promosi lagi buat Teluk Sumbang. Bila sempat nanti saya ke Teluk Sumbang, saya juga mau bertemu warga Punan Basap yang menguasai belantara Teluk Sumbang. Â Pasti mereka pernah menemukan. Dan, warga Punan Basap biasanya juga punya nama sendiri. Siapa tahu, justru warga Punan Basap yang lebih dahulu menemukan dibanding peneliti yang mengabadikan namanya pada bunga itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H