Coronavirus agaknya  mengurangi hasrat untuk berwisata. Terutama berwisata ke luar negeri. Untuk wisata ke destinasi yang ada di dalam negeri, sepertinya tak masalah. Dan, tak perlu menahan bila kaki ingin  melangkah.
Derawan, kabupaten Berau, Kalimantan Timur dengan beberapa pulau eksotis sekitarnya, menjadi pilihan terbaik untuk berwisata, ditengah-tengah hiruk pikuk ceritera Coronavirus. Bila tak bisa menyelam, cukup dengan bersnorkling di permukaan laut.
Kalau juga itu enggan dilakukan, wisatawan bisa saja hanya sekedar berendam di lokasi yang menarik. Â Ada gusung sekitar 300 meter dari pulau Derawan. Â Wisatawan bisa bermain, juga bisa berendam di air laut. Jangan salah, manfaat berendam di air laut cukup besar bagi kesehatan.
Manfaatnya  antara lain, Melancarkan sirkulasi darah, Memperkuat otot jantung,Melenturkan atau merelaksasi otot sehingga tubuh terasa segar, Melancarkan sistem pernapasan, Meningkatkan produksi sel darah merah, Menormalkan tekanan darah, Menyeimbangkan keasaman dalam darah, Mencegah keropos tulang dan osteoporosis, Meringankan sakit pinggang, wasir dan rematik, Mengatasi kulit kering dan pecah2 pada kulit kaki dan tangan, Menyehatkan dan menutrisi kulit tubuh sehingga lebih bercahaya, Meningkatkan gairah seks yang menurun / melemah, Mencegah penyakit kencing manis dan Mengatasi flek paru pada anak.
Wisatawan juga berkonstribusi konservasi anak penyu (tukik). Bila ke Derawan, bisa menemui  Pak Ading Kurniadi. Beliau membiakkan telur Penyu menjadi Tukik (anak penyu), lalu dilepaskan ke laut. Jumlahnya sudah lebih dari 30 ribu anak penyu.
Dihalaman rumahnya yang tidak terlalu luas itu, Pak Ading menjadikan sebagai lahan konservasi. Ia membuat beberapa lobang, lalu ditempatkan telur penyu. Â Setelah sekian lama, telur akan menetas dan dilepas kelaut.
Disinilah wisatawan bisa ikut menjadi bagian dalam konservasi penyu. Wisatawan, bisa memberikan nama apa saja, untuk menjadi kenangan. Mungkin memberi nama orang yang disayang, pada anak penyu yang baru menetas.
Bila datang di bulan Maret misalnya, wisatawan menempatkan telur penyu ke dalam lobang penetasan. Dua bulan kemudian, datang lagi bila ingin menyaksikan telur penyu yang ditanam dulu, sudah berubah menjadi anak penyu. Kan, mengasyikkan.
Disitulah hebatnya Pak Ading, dia tidak memanfaatkan lahan depan rumahnuya untuk menjual Sembako. Tapi, dijadikan tempat menetaskan penyu. Wisatawan bisa dengan leluasa menyaksikan proses itu.
Saya pernah ke rumah Pak Ading Kurniadi. Orangnya sederhana. Badannya kekar. Â Kecintaannya terhadap lingkungan, khususnya Penyu tak bisa diragukan lagi. Â Sudah lima tahun ia menggeluti kegiatan itu. Di depan rumahnya, ia lagi sibuk merapikan dan memberi tanda Lobang (sarang) yang didalamnya berisi telur Penyu.
Ada  telur Penyu yang tersimpan dalam ember. Sayapun ditawarkan untuk menempatkan telur tersebut dengan sangat hati-hati. Satu persatu saya masukkan ke dalam sarang. Dan, sambil itu pula saya berdoa, semoga semua telur bisa menghasilkan anak Penyu yang sehat. Prosesnya tak lama.  Hanya sekitar 20 menit. Lalu saya timbun kembali.