(Kisah ini bukan adaptasi dari drama Korea populer "BOYS BEFORE FLOWER" tetapi kisah tentang Kolam ikan di tengah Pasar Tradisional, Pulau Jeju South Korea) Suasana pasarnya tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional kita di Indonesia. Para pedagang yang kebanyakan adalah ibu-ibu berusia senja duduk menghadapi dagangannya.Beberapa dari mereka terlihat ditemani/dibantu anaknya yg masih gadis (mungkin sebagai penglaris) hehehe... Ada yang cantik, tapi tidak semua seperti yang kita lihat dalam drama atau Girl band Korea, operasi plastik juga butuh biaya. Agh... Kembali ke masalah pasar, suasana pasar di Pulau Jeju, Korea ini sedikit mengingatkan saya pada suasana pasar di Kreneng dan Kumbasari (Bali). Dimana, tersedia berbagai dagangan Dari vetsin sampai ikan asin. Dari dupa sampai berbagai macam buah. Pasar ini juga mengingatkan saya pada pasar Tradisional yang ada di Malino (sebuah kota kecil di kaki gunung Bawakaraeng Kab. Gowa, Sulawesi Selatan). Di Pasar Jeju ini, mereka juga menjual penganan tradisional dari berbagai jenis gorengan sampai pakaian... Sayang, kacang berselaput gula "tenteng" yang menjadi favorit saya dan memiliki kisah spesial antara saya sama istri tercinta (Andi Athik) tidak saya temukan disini. Semoga saat saya nanti kesini bersamanya, mereka sudah menjual "tenteng" juga... Hmmm... Yang berkaitan tentang kacang di pasar ini akhirnya saya temukan di sebuah toko kaset... Berdampingan dengan kaset Drama Korea dan Girl band Korea, saya temukan kaset musik punk Korea, Nama Bandnya cukup unik "Crying Nut",... Kacang menangis... Mungkin mereka belum menemukan "kue" kacang sembunyi disini... entahlah... Namanya pasar tradisional, mungkin hampir mirip di seantero jagat klo sudah menyangkut ibu-ibu penjualnya, bebrapa dari mereka saat tenggelam dalam asyiknya ber gosip ria maka pembelipun bisa dicuekin (Silahkan di bayangin ber gosip pake bahasa Korea .
Dari sekian kemiripan itu ada satu perbedaan yang menarik perhatian saya, yaitu pada sepanjang lorong pasar Tradisional itu, terdapat kolam selebar kurang Lebih 1,3 m. Airnya yang jernih dengan ikan "karper" yang terus menari di dalamnya nyaris membuat saya lupa rasa lapar karena belum makan malam... Rasa lapar kembali menggoda setelah saya melewati barisan restoran makanan ala Korea... Semua menggoda selera.. Semua Ada, dari daging ayam, sapi dan Babi... Yang terakhir membuat saya sadar... Sangat susah mencari warung halal disini... Perut saya semakin lapar...lapar dan lapar... Berbantahan dengan halal,halal dan halal... Dengan lemas... Saya duduk ditepi kolam ikan"karper"... Mencoba menenangkan diri dalam perdebatan lapar dan halal... Namun Membayangkan lezatnya saat ikan "karper" saat di bakar atau digoreng... Membuatku malah semakin lapar... Tiba-tiba kulihat seekor ikan "karper" tertawa mengejek... apakah lapar telah membuatku sedikit mengerti Ilmu nabi Sulaiman sehingga aku bisa mengerti ikan disaat seperti ini?entahlah... Yang pasti Lapar membuatku marah dan tersinggung... Membuat kepalaku menjadi berat pandanganku jadi kabur... Pulau Jeju terasa berputar... Ohhh apakah Gunung berapi bernama Mount Hallasan di tengah pulau ini Akan meletus??? Sebelum kepalaku semakin berat dan pandanganku jadi gelap... Lamat-Lamat ku dengar para pedagang mendekat dengan bahasa "Korea" yang tak kumengerti. Hanya sebuah suara dengan aksen California yang bisa kumengerti, "jangan berenang di kolam ikan ini, itu melanggar hukum...." Lalu gelap. Jeju, 18 Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H