Jika kejahatan ituada rankingnya, saya akan menaruh perkosaan di ranking pertama.Â
Dari sisi korbannya,perkosaan itu menghancurkan dirinya secara lahir batin. Mulai dari resiko tertular penyakit, kehamilan yang tak diinginkan, luka-luka fisik akibat kekerasan, juga luka-luka batin yang membuat korban terus-menerus ketakutan dan sulit mempercayai orang lain sepanjang sisa hidupnya.Â
Mereka juga mengalami serangkaian ketidakadilan sosial yang membuat mereka terpaksa memilih untuk menutup diri. Masyarakat sering menyalahkan korban perkosaan, sebagaimana korban juga cenderung menyalahkan diri sendiri. Mereka menanggung kepedihan ini sepanjang sisa hidupnya, sementara pemerkosanya mungkin tak pernah dilaporkan, atau hanya menjalani hukuman penjara beberapa tahun saja.Â
Dari sisi pemerkosa, ini adalah kejahatan paling licik, paling tidak jantan, paling banyak mengandung oportunistik dan penyalahgunaan terhadap kekuasaan. Orang bisa mengakui dengan bangga bahwa ia telah membunuh sejumlah orang, tapi tak ada yang dengan bangga mengaku telah menggagahi mahluk lemah yang tak berdaya. Â Kebanggaan bodoh para pemerkosa itu hanya terjadi di lapas atau di zona perang (seperti yang sering kita lihat di film-film). Ya... karena di dunia kacau seperti itu, struktur dan tatanan kekuasaannya amat sangat busuk.Â
Pada dasarnya pemerkosa itu adalah pencuri dan perampok. Ia mencuri di zona paling intim korbannya ... berupa rasa aman dan rasa memiliki diri sendiri ; dua hal yang paling penting untuk membangun gairah terhadap kehidupan. Jika korbannya seorang perempuan (mengingat korban juga bisa seorang laki-laki), kita kehilangan sebuah peluang untuk memperoleh satu rangkaian generasi yang sehat. Sebuah pepatah mengatakan bahwa membangun seorang perempuan adalah membangun satu generasi. Dengan analogi yang sama, maka merusak seorang perempuan sama halnya dengan merusak satu generasi.Â
Jadi saya tidak mengerti mengapa perkosaan masih juga diperlakukan sebagai kejahatan yang hanya perlu diganjar sepuluh tahun saja. Jaman dahulu, ada ketentuan potong tangan "hanya" untuk kejahatan mencuri. Kita memang tidak perlu melakukan potong tangan lagi, tapi gagasan "meninggalkan jejak yang mempermalukan para pencuri (baca :pemerkosa) seumur hidupnya" itu perlu dipikirkan lagi. Biarlah ia tahu bagaimana rasanya dijauhi keluarga dan teman-temannya yang malu berdekatan lagi dengannya. Biarlah ia jungkir balik memikirkan perbaikan apa yang akan membuatnya diterima kembali oleh lingkungannya. Namun di atas semua itu, semua pemerkosa harus ditandai, agar perempuan-perempuan berhati-hati terhadapnya, dan sesama hidung belang yang taksuka mengasuh hewan buas dalam dirinya mau berpikir seribu kali sebelum mencuri dan menggagahi.Â
Berikut ini saya menawarkan dua ide untuk membuat penanda bagi para pemerkosa. Seperti biasa, yang gampang-gampang itu biasanya agak ... kasar. Tapi yang kurang gampang, atau malah jauh dari gampang ... bisa lebih bagus. Tentu saja ! Karena mengandung sejumlah kerepotan yang melibatkan teknologi, partisipasi keluarga, masyarakat, dan hukum adat. Â
- Â
- Tatto di Wajah
Di China, 3500 tahun lalu, tatto dikenal pertama kali dengan nama qingxing. Qingxing ini berupa kata-kata kutukan yang dituliskan di wajah para penjahat sebagai hukuman. Qingxing ini yang saya sebut gampang. Tapi jika ingin lebih mudah, tatto ini bisa digantikan dengan ... Â stempel baja panas yang biasa dipakai untuk menandai bokong ternak sapi atau kuda. (Hanya kali ini dipasang di wajah pemerkosa !).
kiri : http://yep.hschinese.com/ - kanan: http://topyaps.com/top-10-practicable-punishment-ideas-for-rapists
2. Â Radio Ankle Monitor
Sesuai namanya, radio ankle ini dipasang di pergelangan kaki, untuk membatasi gerak-gerik pemakainya. Â Para ilmuwan muda kita bisa mendisain radio ankle macam apa yang paling 'menyiksa' para pemerkosa, yang membuat mereka tidak bisa lagi menutupi perbuatannya yang memalukan. Secara teratur radio ini akan memberitahukan posisinya (mungkin kepada polisi yang memonitornya), selagi sang penjahat sedang menjalani hukumannya di luar penjara. Â Tentu saja hukumannya tidak cukup di dalam penjara saja ! Ia harus sama menderitanya dengan korban yang telah dijahatinya!