Suatu hari, sebuah kota Aksehir di Turki kedatangan tamu-tamu terpelajar dari luar-negeri. Sayangnya, tamu-tamu asing itu tidak ada yang bisa berbahasa Turki, dan orang-orang Turki di Aksehir juga tak ada yang bisa berbahasa asing. Untungnya, setiap masalah selalu mengingatkan warga lokal pada seseorang yang dianggap tahu banyak hal, yaitu Abunawas. Jika sang tamu dan Abunawas sama-sama terpelajar, mestinya tak masalah jika mereka harus berkomunikasi dalam bahasa isyarat, bukan ?
*
Inilah yang kemudian terjadi di antara Abunawas dan Lex, salah seorang tamu terpelajar itu :
Dengan menggunakan tongkat, Lex memulai 'percakapannya' dengan menggambar sebuah lingkaran di tanah.
Abunawas lalu mengambil tongkat tersebut, dan 'menjawab' dengan sebuah goresan panjang yang membagi lingkaran tersebut menjadi dua.
Lex lalu merebut tongkat tersebut. Ia membuat goresan panjang yang sama dengan buatan Abunawas, hingga kini lingkaran itu terbelah menjadi empat bagian. Sesudah itu ia menunjuk tiga dari empat belahan itu dengan tongkatnya, lalu membuat gerakan menggelitik kecil dengan jari-jarinya. (Kau bisa membayangkan gerakan jari itu seperti tangan yang sedang main piano ;-))
Abunawas tak mau kalah. Ia kemudian membuat gerakan melingkar dengan tangannya, namun kali ini di udara. Ia memulainya dengan lingkaran bagian bawah, dan menyelesaikan lingkaran tersebut dengan tangan terkepal di atas.
Melihat itu, Lex lalu menjatuhkan tongkatnya. Ia menyatukan ke dua tangannya, membentuk wadah dengan ke dua tangan tersebut, atau tepatnya... membuat semacam mangkok yang menghadap ke atas. Tapi jari-jarinya ia getarkan.
Abunawas menanggapinya dengan membentuk mangkok yang sama, namun kali ini telapak tangannya menghadap ke bawah. Jari-jarinya juga digetarkan.
*
Apa arti semua isyarat aneh tersebut ? Inilah yang dijelaskan Lex pada teman-teman seperjalanannya :
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!