Mohon tunggu...
Mas Mus
Mas Mus Mohon Tunggu... Buruh - Me myself

Be myself

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pertanian, Politik, dan Perdagangan

13 Juni 2019   15:53 Diperbarui: 13 Juni 2019   16:17 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. U.S Dept. of Agriculture

Perdagangan dunia sangat kompleks dan secara tidak langsung berpengaruh ke masyarakat bawah, misalnya petani.  Akibat kepentingan negara lain petani tidak bisa memasarkan produknya, bersaing dengan produk lain bahkan produk yang sama dari negara tetangga.  

Masing-masing negara berusaha mengamankan pasar produk pertaniannya. Perang dagang antara Amerika dan China saat ini juga mengenai produk pertanian, salah satunya kedelai. Perundingan alot terjadi untuk menentukan berapa banyak kedelai Amerika yang harus diserap pasar China. Bulan Mei 2019, China sudah menghentikan pembelian kedelai dari Amerika, sedangkan China adalah pembeli terbesar.

Kondisi ini akan semakin parah jika ada produk lain yang bisa menggantikan fungsi kedelai, apalagi jika harga penggantinya lebih murah misalnya sawit. Sebagian besar produk kedelai diproses menjadi minyak goreng dan akan berhadapan langsung dengan minyak goreng yang berasal dari sawit. Dari biaya produksi minyak sawit akan jauh lebih murah dibandingkan biaya produksi minyak kedelai, karena 1 ha sawit akan menghasilkan minyak 8 kali lebih banyak dibandingkan tanaman kedelai.

Penting buat negara-negara yang tidak bisa menanam sawit menentang produk ini agar tidak  popular. Tujuannya bagaimana produk utama pertanian mereka bisa tetap laku. Penting juga buat Indonesia untuk memastikan produk pertanian kita mendapatkan hak yang sama di pasar dunia. Petani di Indonesia dan petani dibelahan dunia lain harus sejajar, tidak ada yang superior dibanding yang lain. Sama-sama bisa memasarkan produknya kemana pun dan pembeli bebas memilih produk siapa yang mau dibeli dengan harga berapa.

Jika produk pertanian tidak laku, kemungkinan besar akan terjadi kesulitan ekonomi, di Indonesia terdapat 30% penduduk dengan profesi petani dan 2.5% di Amerika, sehingga wajar apapun akan dilakukan untuk meningkatkan penjualan produk satu negara termasuk Indonesia. Walaupun dengan cara membuat kampanye hitam produk pertanian tertentu yang tidak bisa dihasilkan di negaranya.

Sering petani di Indonesia disalahkan karena kerusakan hutan, karena sejatinya semua lahan pertanian di atas bumi tadinya adalah hutan. Bukan hanya lahan sawit yang tadinya hutan, lahan gandum, kedelai, jagung, semuanya dari hutan. Issue kerusakan hutan sejauh ini dipakai untuk menjatuhkan satu produk pertanian tertentu supaya tidak laku di pasar.

Politikus dan diplomat harus lebih jeli menanggapi issue yang berkaitan dengan issue produk pertanian Indonesia. Karena menyangkut pendapatan petani dan pada akhirnya mempengaruhi devisa negara. Apa yang tertulis jelek tidak berarti kenyataannya jelek juga, perlu analisa mendalam. Karena semua menyangkut kepentingan ekonomi negara lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun