Mohon tunggu...
Manyils Loskova
Manyils Loskova Mohon Tunggu... wiraswasta -

jangan dihadapi, tapi di ingatkan. karena kita sebagai sesama manusia adalah saling mengingatkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

kepompong sendiri

6 Mei 2012   14:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:38 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

seperti Hawa menyebarkan tuba duka
segala jadi gamang
segala jadi usang
menyeret langkah menembus terowongan luka.

seperti Kain menikam darah ke bumi
daun daun pun layu
detik detik pun kuyu
hari hari tinggal merajut api
tidur kehilangan mimpi.

entah kapan langkah mengubah kembara. jauh
semakin jauh lupa akan jalan pulang. dan doa
tak menuntun mentari tetap jaga
malah membuat bayangan makin panjang.

awan terus berarak menguak terik. panas
memanggang harap paling ranum. maka
mari merenda kepompong sendiri dengan hati.
mari menjadi Yunus mendekam di anyir perut ikan
mari menjadi Yusuf meringkuk di kedalaman sumur.

baca! di dinding kepompong itulah risalah kita tercatat
segeralah dieja sebelum perjalanan penghabisan
atau kau cuma seonggok belulang di jalan buntu. Tak sesiapa
memberimu air prawitasari pelepas dahaga abadi.


®

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun