Awalnya saya juga agak aneh melihat kenapa masyarakat Indonesia lebih memilih ke RS meskipun hanya mengalami sakit ringan dan meminta Pemerintah untuk mengadakan program berobat gratis di RS. Namun belakangan saya tahu alasannya, bukan karena saya melakukan survei terhadap masyarakat melainkan karena saya mengetahui sendiri dari pengalaman saya belum lama ini. Mungkin bagi beberapa pembaca sudah banyak yang mengalami juga dan mungkin saya juga terlambat mengetahuinya.
Beberapa minggu yang lalu ibu saya yang biasanya sehat-sehat saja berubah seketika menjadi sulit berbicara, terdengar "cadel" saat berbicara layaknya anak kecil, sulit menelan khususnya minuman, menjadi sedikit bingung dan sempat terjatuh ketika berjalan namun tidak sampai pingsan. Ibu saya mengatakan tidak merasakan apapun sebelumnya, tidak pusing tidak sariawan atau sakit tenggorokan. Namun karena saya yakin kondisi kesehatannya sedang memburuk maka saya bawa beliau ke Puskesmas terdekat.
Sesampainya di Puskesmas, Ibu saya diperiksa oleh seorang dokter, melakukan pengecekan tekanan darah dan Ibu saya menceritakan kejadian sebelum ia datang ke puskesmas dan menceritakan keluhan apa yang ia alami. Saya menunggu di luar ruangan pemeriksaan namun masih bisa mendenganr apa saja yang ibu saya dan dokter tersebut katakan. Ketika pemeriksaan selesai saya sempat heran karena dokter mengatakan jika Ibu saya tidak mengalami penyakit yang serius dan hanya kelelahan bekerja saja, dokter menganjurkan agar Ibu saya berhenti bekerja untuk sementara dan istirahat di rumah. Ketika saya tanya berapa tensi darahnya, dokter tersebut mengatakan 100/90 yang katanya masih dalam tingkat normal, lalu kamipun pulang kerumah.
Dua hari kemudian saya melihat mulut ibu saya agak miring ke kiri sedikit, bicaranya pun masih kurang lancar dan sulit menelan air minum. Kecemasan saya pun muncul kembali dan segera membawa Ibu saya ke Rumah Sakit terdekat dan ketika di periksa oleh dokter ibu saya dinyatakan mengalami Stroke ringan dan tekanan darahnya 160/90, dokter memberi beberapa obat yang dapat habis dalam waktu 10 hari kedepan dan mewajibkan saya membawa Ibu saya kembali cek kesahatan setelah obatnya habis diminum semua, dokter juga menyarankan agar saat minum Ibu saya menggunakan sedotan agar tidak tersedak. Saya pun shock mendengar penjelasan dari dokter tersebut dan langsung membawa Ibu saya pulang kerumah untuk beristirahat.
Sekarang saya tahu kenapa kebanyakan orang Indonesia meskipun sakit sedikit maunya langsung ke RS ketimbang Puskesmas karena dari pengalaman saya dokter di Puskesmas tidak baik kinerjanya. Mungkin saya dapat memaklumi jika saya tinggal di pelosok daerah yang SDMnya kurang, namun perlu pembaca ketahui saya tinggal hanya berjarak 20Km dari pusat pemerintahan yaitu Ibukota negara ini dan dokter-dokter di Puskesmas juga saya lihat semuanya datang bekerja mengendarai mobil pribadi yang tentu saja mereka bukan orang tak berpendidikan. Pantas saja ketika beberapa bulan yang lalu adik saya mengalami demam dan di beri obat oleh dokter Puskesmas dan saya bandingkan dengan obat untuk Ibu saya dari puskesmas ternyata jenis obatnya sama saja.
Enta siapa yang harus disalahkan, apakah Pemerintah kita ataupun dokter-dokter di Puskesmas karena buruknya pelayanan di puskesmas kita? Namun saya rasa keduanya mempunyai tanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H