wisata. Fotografi, adalah mata kuliah yang akan diuji kali ini. Empat hari yang akan menjadi penentu semua teori dikelas, dengan apa yang langsung dipraktikan secara jelas. Tujuan kali ini adalah Salatiga, kota yang tidak pernah dapat nilai sempurna, dan Semarang, daerah yang terkenal dengan wisata kota lamanya.
Ditengah kesibukan sebagai mahasiswa yang sedang kejar-kejaran dengan jadwal karena mepet UAS. Berpergian rasanya dapat menjadi obat untuk membuat otak ini tetap waras. Rehat sejenak dari segala hiruk piruk yang ada di Ibu Kota. Pusat jawa dapat menjadi pilihan untuk ujian yang berbalutSeminggu sebelum keberangkatan pun semua sudah terencana dengan matang. Surat edaran dari kampus yang lama ditunggu akhirnya datang. Tertera harga yang sedikit membuat diri ini tegang, karena harus meminta kepada orang tua dan ingin sekali rasanya menghilang. Terlampir juga beberapa panduan ujian yang harus diikuti, agar nantinya nilai akhir dapat terisi. Beberapa rundown acara dan tempat yang akan dikunjungi, memudahkan kami untuk melakukan riset secara sendiri. Kamera, tripod dan juga kartu memori tak lupa telah siap dilengkapi untuk memulai semua ini.
Kamis, 25 Mei 2023, hari keberangkatan pun tiba. Pukul 19:00 Waktu Indonesia Barat, adalah jam yang ditentukan oleh pihak kampus agar kami dapat berkumpul sebelum naik ke bus. Setelah semua peralatan telah aman pada carier yang cukup besar ini, saya titipkan pada kondektur yang akan menaruh ke bagasi bus agar tertata rapi. Ketika 60 mahasiswa yang tercatat akan berangkat hampir lengkap, namun tetap ada saja yang terlambat. Kami dijadwalkan akan berangkat pukul delapan, namun memang ciri khas orang Indonesia, karena satu dan lain hal bus baru jalan sekitar pukul sembilan.
Klakson kendaraan lain yang berhenti karena bus kami keluar dari halaman kampus, menjadi pertanda dimulainya perjalanan ini. Kursi bus yang empuk dan lega setidaknya akan membuat perjalanan ini menjadi tak terasa. Belum jauh dari pintu tol dalam kota, bus bergerak dengan laju kearah Salatiga. Suasana bus yang masih ramai, ditemani lagu yang diputar, mengiringi kami melewati jalan tol yang terpantau lancar. Mengingat besok akan ada aktifitas yang banyak sejak matahari terbit dari timur hingga terbenam kembali dibarat, sekitar pukul satu pagi kami sudah banyak yang mulai tertidur. Hanya sebagian saja yang matanya tetap terjaga, entah habis makan apa dia tadinya hingga tak merasakan kantuk yang melanda.
Seiring waktu dan roda bus yang terus berputar, tanpa terasa Salatiga sudah tak jauh dari pandangan mata. Dengan kondisi yang masih mencoba terbangun secara sedikit demi sedikit, tepian tebing tinggi dan gunung-gunung yang terlihat dari jendela mulai menyapa kami dipagi hari. Kami sempat istirahat sebentar di rest area untuk buang air kecil yang sudah ditahan sedari tadi, sembari menunggu bus mengisi persediaan bensinnya lagi. Hawa dingin khas pegunungan sudah terasa sejak kaki ini keluar dari bus untuk sekedar mengirup udara. Tak menunggu waktu lama, kami melanjutkan perjalanan sebelum tertinggal fajar yang sudah mulai tiba. Tidak jauh dari pemberhentian sebelumnya, sampailah kami didestinasi pertama.
Eling Bening, tempat wisata yang terkenal didaerah Salatiga, dengan pemandangan yang mengarah ke dua gunung dihadapan muka, serta hamparan danau disebelah kiri yang memanjakan mata. Kami diminta untuk dapat mengambil momen sunrise disini, dengan langkah yang masih adaptasi dikota yang baru pertama kali saya kunjungi, saya berkeliling ketiap sudut yang ada. Bangunan megah layaknya villa mewah mengisi setiap sisi yang didominasi cat berwarna putih. Satu yang ikonik disini, terdapat seperti sebuah pelataran naga yang kepalanya menghadap kearah danau di sisi kiri yang sore nanti akan kami  kunjungi. Namun entah kami yang tiba terlalu pagi, atau memang pengunjung sedang sepi, kondisi di Eling Bening pagi ini sangatlah sunyi. Setelah berkeliling kesetiap sudut dan matahari yang sudah muncul tanpa rasa malu lagi, serta kamera yang dirasa sudah mengambil beberapa momen yang terjadi. Kami meninggalkan Eling Bening untuk dapat melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya.
Diselingi jeda sarapan pagi, sekitar satu jam setengah perjalanan kami dari Eling Bening menuju tempat kedua yaitu Museum Kereta Ambarawa. Terlihat dari jendela bus berbelok kearah pos penjaga yang menandakan kami sudah tiba. Inilah tempat kedua kami yang akan jadi model bahan untuk difoto, misi kali ini adalah mengambil arsitektur dan kesan lawas dari gedung yang dulunya adalah bekas stasiun tersebut. Ketika kaki melangkah maju setelah dibagikan tiket masuk, kami berjalan kearah lorong yang dihiasi sejarah perkereta apian pada sisi kanan yang terpajang didinding. Tak jauh dari situ, berjejer lokomotif tua yang sangat jarang terlihat di Jakarta. Bangunan berbentuk gubuk dibagian belakang serta motif keramik yang menghiasi bangunan utama museum, menambah kesan lawas dari tempat ini. Tembok dan jendela besar mengingatkan kita kepada bangunan zaman Belanda. Semua terlihat sangat terawat dan bersih karena dijaga oleh baik oleh para pekerja. Singkat saja kami berada di museum ini, karena tak terasa hari sudah berjalan setengahnya. Beranjak keluar dari Museum Kereta Api, bus berjalan ke masjid terdekat untuk memberikan waktu kepada yang ingin shalat jumat. Setelah ini kami memiliki waktu yang lebih santai untuk makan siang dan sejenak beristirahat dihotel yang telah disiapkan.
Dengan kondisi yang sudah lebih segar setelah istirahat dan tak lama meluruskan badan sejenak dikasur yang empuk dan luas, kami kembali berkumpul dibus untuk berangkat menuju destinasi selanjutnya. Danau Rawa Pening, ini adalah danau yang tadi pagi terlihat dari atas Eling Bening. Hamparan air yang luas dan tenang serta dihiasi pemandangan gunung yang sangat indah, sejenak seperti menenangkan fikiran dari tugas yang diberikan. Kami disini diarahkan untuk dapat mengambil sunset dan momen aktifitas warga sekitar yang menarik. Banyak warga setempat yang memancing menggunakan metode jala dibanding kail pancing seperti yang sering saya lakukan di pasar malam. Terlihat juga para nelayan yang sudah kembali dari pelayarannya dengan membawa peralatan dipundak mereka. Namun lagi-lagi kondisi langit kurang bersahabat sore ini. Matahari yang menyinarkan cahaya senja sebelum turun dari tugasnya hari ini tertutup awan mendung yang membuat foto kami kurang mendukung.
Ketika hari dirasa sudah gelap dan terdapat kejadian yang diluar kendali kami semua, rombongan sesuai arahan dosen dan panitia travel memutuskan kembali kehotel. Hari pertama yang cukup melelahkan dan mengejutkan ini ditutup dengan makan malam bersama. Setelah itu kami beristirahat sesuai kamar yang telah dibagi agar lebih siap untuk esok hari. Angin alami yang bertiup sangat kencang rasanya tidak perlu bantuan kipas ataupun AC untuk menyejukkan ruangan. Salatiga memberikan kesan yang baik bagi kami semua. Orangnya yang ramah, dan suasana sejuk pedesaan yang membuat ibu kota sejenak terlupakan di benak kami semua. Salatiga juga memberikan kami pelajaran dan pengalaman hidup yang akan melekat nantinya. Kota yang hangat bagi kami sebelum berpindah menuju Semarang.
Di kota Semarang kami memiliki dua tujuan untuk dikunjungi. Perjalanan di Semarang dimulai dari Kota Lama. Bentuk banguanan sekitar dan suasana jalanan yang dipenuhi wisatawan rasanya seperti berkunjung di kota tua yang ada di Jakarta. Lampu jalanan yang berdiri sejajar dan simetris mengarahkan kami untuk mengelilingi setiap sudut Kawasan ini. Kami juga mengunjungi Gereja Blenduk yang letaknya tak jauh disebrang jalan. Kursi coklat yang berbaris mengarah kepada mimbar bertanda salib, serta arsitektur bangunan model klasik membuat sacral sekali rasanya berada didalam. Bentuk atap yang besar dan menjulang tinggi membuat takjub diri ini yang tak cukup merasa kagum atas apa yang ada didalam sini. Setelah suasana sudah cukup ramai dengan datangnya pengunjung lain yang masuk, kami berjalan keluar untuk bergeser sedikit ke museum kota lama. Tak terlalu banyak menjelajah, kami hanya singgah sebentar di museum ini untuk mengambil foto bersama.