Mohon tunggu...
Athiya Dyah Respati
Athiya Dyah Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030012/UIN Sunan Kalijaga

Penikmat karya seni, budaya, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Festival Gema Takbir", Berawal dari Ide Takmir Jadi Tradisi Mutakhir

17 Juni 2024   12:36 Diperbarui: 17 Juni 2024   12:40 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan susun uno, sumber: dokumentasi pribadi Masjid Al-Ikhlas Tempel

Idulfitri merupakan hari raya umat Islam yang identik dengan tradisi saling meminta maaf dan memaafkan. Sedangkan Iduladha identik dengan sebutan Lebaran Haji, karena bertepatan dengan pelaksanaan rukun Islam ke lima yakni ibadah haji oleh umat Islam dari berbagai negara di Masjidil Haram. Iduladha juga disebut dengan Hari Raya Kurban. Pada hari ini, umat Islam diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban berupa sapi (dana iuran dari 7 orang) dan kambing (dana pribadi satu orang). Kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyembelih putranya yakni Nabi Ismail sebagai bentuk ujian atas tawakal, kesabaran, dan keikhlasan menjadi asal muasal dari Iduladha.

Perayaan hari raya Idulfitri pada 1 Syawal dan Iduladha pada 10-13 Zulhijah selalu diawali dengan tradisi takbiran. Takbiran merupakan ritual menyambut hari raya dengan mengumandangkan dan mengagungkan asma Allah terkhusus lafal kalimat takbir (Allahuakbar) yang biasa dilakukan secara bersama-sama. Takbiran sudah menjadi tradisi umat islam yang setiap tahun selalu dilakukan.

Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam selalu menyelenggarakan tradisi takbiran  dengan perayaan meriah. Tak jarang, banyak mayarakat yang membuat takbiran sebagai festival. Salah satunya, seperti yang diselenggarakan oleh Masjid Al-Ikhlas yang terletak di Tempel, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perayaan takbiran yang diberi nama Festival Gema Takbir diselenggarakan pada Minggu, 16 Juni 2024 pukul 19.30 hingga 22.00. Festival Gema takbir digagas oleh takmir masjid yang merupakan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga bernama Dhihan Hanifa dengan 20 panitia yang terdiri atas remaja sekitar Masjid Al-Ikhlas Tempel dan volunter dari UKM JCM Kineklub UIN Sunan Kalijaga.

Takbiran keliling membawa lampu dari keranjang bambu, sumber: dokumen pribadi Masjid Al-Ikhlas Tempel
Takbiran keliling membawa lampu dari keranjang bambu, sumber: dokumen pribadi Masjid Al-Ikhlas Tempel

Festival Gema Takbir Masjid Al-Ikhlas Tempel diselenggarakan dengan tiga kegiatan berupa penampilan anak-anak, takbir keliling, dan both games. Penampilan anak-anak berupa menceritakan kembali tentang asal muasal Hari Raya Kurban yang sebelumnya telah dijelaskan pada TPA rutinan, menceritakan kisah dari doa sehari-hari, menari tradisional, serta puisi berantai. Takbir keliling dilaksanakan melewati jalan-jalan rumah warga sekitar masjid dengan jarak 1 km membawa lampu-lampu yang terbuat dari keranjang bambu. Both games berupa sembilan permainan yaitu dart, panah balon, lempar bola, tebak nama nabi, tebak benda, uno, susun kartu, sentil tutup botol, dan dam. Alat permainan dan dekorasi dibuat sendiri oleh panitia yang bahan utamanya dari kardus-kardus bekas.

Penampilan anak, sumber: dokumen pribadi Masjid Al-Ikhlas Tempel
Penampilan anak, sumber: dokumen pribadi Masjid Al-Ikhlas Tempel

Tujuan diselenggarakan festival ini dalam rangka membuat anak-anak terkhusus TPA dan warga sekitar masjid merasa bahwa perayaan Iduladha sangat bermakna dan menyenangkan. Pemilihan games yang variatif bertujuan untuk menciptakan keseruan dan memenuhi keinginan anak-anak yang suka bermain namun tetap disisipkan pelajaran dan pengenalan tentang agama. Permainan di lingkungan masjid juga sebagai bentuk menjaga dan menciptakan mindset pada anak bahwa masjid bukanlah tempat yang mengerikan.

"Kami membuat festival ini agar anak-anak merasa seolah-olah TPA adalah sarana yang friendly dan perayaan Iduladha sangat berarti. Jadi, harus diselenggarakan sekreatif mungkin jangan monoton," ucap Dhihan.

Permainan susun uno, sumber: dokumentasi pribadi Masjid Al-Ikhlas Tempel
Permainan susun uno, sumber: dokumentasi pribadi Masjid Al-Ikhlas Tempel

Dana Festival Gema Takbir didapat dari infak masjid dan donatur. Festival ini sudah berjalan dua tahun dari 2023 sejak Dhihan menjadi takmir. Rencananya Festival Gema Takbir akan diselenggarakan setiap tahun sehingga menjadi tradisi baru yang tertanam di Masjid Al-Ikhlas Tempel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun