Mohon tunggu...
Tri Febriyanty Harwidyaningsih
Tri Febriyanty Harwidyaningsih Mohon Tunggu... -

try, try, and try

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Oh.....

15 September 2011   15:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari yang cerah, pikir Tiara. Tapi entah mengapa cuaca yang cerah seperti ini tidak membuat hatinya yang gundah menjadi lebih baik. Semalam ia mimpi buruk. Benar-benar buruk. Ia sudah berusaha melupakannya namun tak berhasil.

Mengayuh sepedanya ke kampus, ia terus memikirkan mimpinya semalam. Semua sangat kacau. Batu-batu melayang di udara. Teriakan kasar para lelaki. Jeritan takut wanita. Suara sirine, mobil polisi? Ambulance? Entahlah. Asap kehitaman yang membubung di udara, membuatnya merasa sesak. Susah bernapas. Dan tiba-tiba saja ia mendengar suara “Duarrr!!!” dan ia pun terbangun.

Entah sudah berapa lama ia mengayuh, ia baru sadar ternyata sekarang ia sedang memarkir sepedanya dan menguncinya di tempat ia biasa melakukannya. Setengah sadar, ia berjalan menuju kelas, tak memerhatikan orang-orang yang berjalan di sekitarnya. Tak memerhatikan teman yang menyapanya. Atau pun orang yang sekadar tersenyum ramah padanya. Sebentar saja, ia kini sudah duduk di kursinya yang biasa. Ia menoleh ke arah pintu, dan melihat teman-temannya sudah berdatangan satu per satu. Tersenyum lemah, ia membalas sapaan teman-temannya.

Hari ini sepertinya berjalan sangat cepat. Sekarang saja kuliah ternyata sudah berakhir. Sepertinya tak satu pun kata-kata dosen bisa ia cerna. Pikirannya melayang. Masih terusik oleh mimpinya.

Berlari-lari kecil, ia menuju tempatnya memarkir sepedanya. Aku ingin cepat pulang. Cepat sampai di kost pokoknya. Ia mengayuh sepedanya sekencang mungkin. Dan tiba-tiba pemandangan di depannya membuatnya tersentak. Shock. Tak tahu apakah hari ini ia benar-benar tidak sadar, “tuli” akan cerita-cerita yang beredar di kelasnya tadi, “buta” akan kehebohan teman-temannya membahas hal ini, atau apa pun itu. Ia tak tahu. Ia merasa seperti mayat berjalan hari ini. Semua karena mimpinya itu. Mimpi yang kini terasa sangat nyata. Persis berada di depannya.

Ya. Ini persis seperti di mimpinya. Batu-batu itu, teriakan-teriakan itu, jeritan-jeritan itu, asap hitam itu, semuanya. Oh, ternyata itu suara sirine mobil polisi, pikirnya. Tapi dalam mimpinya ia tidak melihat apa yang dilakukan oleh dirinya. Apakah dia juga diam seperti ini? Tak bergerak? Sepertinya iya.

Tapi tunggu, sepertinya dalam mimpiku semalam aku mendengar suara yang menggelegar.

Duarrr!!!

Ini dia suara yang kumaksudkan.

Dan seketika itu, ia tak lagi melihat apa-apa. Tak lagi mendengar apa-apa.

**********************************************************************************

Ada apa ini? Samar-samar, aku mendengar suara tangisan wanita di sampingku. Oh, itu Ibuku! Aku juga sepertinya bisa mendengar suara Ayahku di sini. Apa yang mereka lakukan di sini? Tak biasanya mereka mengunjungiku tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Mmm...bukan hanya mereka berdua. Sepertinya banyak orang di ruangan ini. Aku penasaran, di mana aku ini? Kucoba membuka mataku. Tapi, terasa begitu berat. Kucoba sekali lagi. Tak bisa! Aku mulai panik. Kucoba lagi dan lagi, namun sia-sia. Aku ingin berteriak. Ibu! Ayah! Namun tak ada suara yang terdengar. Tak ada suaraku yang terdengar. Kucoba sedikit menenangkan diri. Lumayan berhasil. Lamat-lamat, kudengar lantunan ayat suci yang mengalun indah. Begitu indah. Rupanya orang-orang di ruangan ini yang menyuarakannya. Membuatku tenang. Sangat tenang bahkan. Seketika itu, aku paham. Oh...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun