Mohon tunggu...
Tri Febriyanty Harwidyaningsih
Tri Febriyanty Harwidyaningsih Mohon Tunggu... -

try, try, and try

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Iya, Tidak Apa-apa...

19 Oktober 2010   01:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:18 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu aku berangkat ke kampus seperti biasanya. Tanpa ada perasaan yang aneh sama sekali. Seperti biasanya juga, aku ke kampus naik angkot. Sampai di depan kampus, aku turun dan tentu saja bayar angkotnya. Aku siap-siap menyebrang. Karena lalu lintas yang memang sangat padat, ditambah memang sangat takut nyebrang, aku menunggu lampu merah menyala. Beberapa saat menunggu, menyala juga si lampu merah. Tancaaappp... Haahh, baru sampai di tengah. Masih harus nyebrang lagi. Nunggu lagi. Tidak sampai satu menit, lampu merah menyala lagi. Majuuu..... Tiba-tiba...kiiiiiiikkkkk (kira-kira begitu bunyinya), suara rem sepeda motor terdengar. Dan...bruukk. Tabrakan tak terhindarkan lagi. Dan yang bisa aku ucapkan saat itu hanya, "ya Allah, ya Allah, ya Allah". Aku terjatuh. Tersungkur. Isi mapku berhamburan. Aku mencoba untuk bangun. Alhamdulillah aku masih bisa berdiri dengan tegak. Aku langsung berdiri dan berjalan menuju trotoar. Aku melihat beberapa orang mencoba membantuku memungut barang-barangku yang terjatuh. Saat itu, aku tidak merasakan ada sakit di tubuhku. Hanya tangan yang sedikit lecet. Sakit di paha baru terasa di malam harinya. Bengkak ternyata. Mungkin di bagian itu motor itu menabrakku. Aku mencoba melihat orang yang menabrakku. Dia juga terjatuh, ternyata. Tapi, sama seperti diriku, dia juga sudah berdiri. Dia sedang berusaha memberdirikan motornya. Sambil mengipas-ngipas tanganku yang lecet, aku mencoba untuk tenang. Tarik napas, buang. Tarik lagi, buang lagi. Tarik...
"Bagaimana? Kamu tidak apa-apa kan? Baik-baik saja?" si penabrak mendatangiku.
"Iya, tidak apa-apa" aku menjawab. Aku memalingkan mukaku dan berusaha untuk tidak melihat wajahnya. Aku juga tidak ingin dia melihatku.
"Bener nih? Gak papa? Ada yang sakit?" dia terus berusaha menanyaiku. Tapi aku terus berusaha untuk tidak melihatnya.
"Iya, iya, tidak apa-apa, tidak apa-apa". Aku masih mencoba untuk menenangkan diri. Dari sudut mataku aku bisa melihat kalau si penabrak terlihat kesakitan. Lecet juga mungkin. Di pinggir jalan itu aku terus berdiri sambil melihat-lihat sekujur tubuhku. Ada yang robek atau tidak. Pakaianku kotor sekali. Kena percikan air dan lumpur.
Si penabrak terlihat masih ada di sekitarku. Aku berdiri di pinggir jalan itu cukup lama. Bingung. Tadi Pak Polisi sudah datang dan sudah tanya keadaanku bagaimana. Aku juga bilang kalau aku baik-baik saja.
Setelah menunggu agak lama, dan mungkin bingung akan sikapku, si penabrak bicara lagi.
"Jadi bagaimana?"
"Gak papa, gak papa" kataku.
"Kalau begitu, gak papa nih kalau kamu saya tinggal?"
"Oh, iya, iya. Gak papa, gak papa" hanya kata-kata itu yang selalu keluar dari mulutku. Pengaruh shock. Tak lama, si penabrak pun pergi. Aku tinggal sendiri. Tiadak sendiri sebenarnya, karena sedang berada di pinggir jalan yang terkenal ramai. Orang-orang yang lewat pasti melihat-lihat aku dengan tatapan aneh. Aduuhhh, maluuuu.
Aku bingung akan apa yang harus kulakukan? Telepon papa? mama? sepertinya tidak. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir. Akhirnya ku telepon kakakku. Kebetulan saat itu, kakak lagi jaga di rumah sakit. Waktu meneleponnya, aku tidak tahu kenapa air mataku tiba-tiba mengalir. Aduh, semakin menarik perhatian orang-orang saja. Aku pun memutuskan untuk ke rumah sakit yang kebetulan dekat dengan kampus. Naik angkot lagi. Di angkot, orang-orang melihatku. Saat itu, aku pasti terlihat sangat "menarik". Menangis, baju kotor, tangan penuh lumpur, tas robek, lengkap! Yaa Allah aku ingin cepat-cepat sampai di rumah sakit, hanya itu yang ada di pikiranku saat itu. Sampai di rumah sakit, aku bergegas ke ruang ICU, tempat kakakku sedang jaga. Aku lalu dibawa ke ruang perawat dan menaruh barang-barangku di sana. Aku lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ckckck... benar-benar kotor. Sudahlah, bersihkan saja. Tidak ada baju ganti lagi, terpaksa pakai baju itu saja. Setelah itu, aku duduk dan mencoba untuk rileks sejenak. Minum jus jeruk botol. Luka-lukaku juga mulai dibersihkan sambil bercerita dengan kakak kejadian yang baru saja aku alami. Lega rasanya setelah bercerita. Aku malah cerita sambil ketawa-ketawa. Sebenarnya, sakit yang aku alami di tubuhku ini tidak seberapa dibanding rasa sakit hatiku karena malu. Ya, aku maluuuu. Bayangkan, sedang lampu merah, kendaraan sedang berhenti, aku menyebrang di zebra cross, sendiri, dan tiba-tiba ditabrak motor. Jatuh, tersungkur. Pasti dilihat sama orang banyak...huaaa. Tapi, aku sangat bersyukur karena aku tidak apa-apa.

Oiya, sampai saat ini aku tidak tahu siapa orang yang menabrakku. Karena aku tidak melihat wajahnya dengan jelas. Aku pun tidak ingin mengingat-ingatnya. Mungkin saja aku sering berpapasan dengannya, tapi aku tidak mengetahuinya. Ya sudahlah, kita lupakan saja ya. Mungkin juga saya yang salah. Kita saling memaafkan ya...(^^,)
Mau mengingatkan juga buat yang bawa mobil atau motor, hati-hati, jangan ngebut. Yang jalan kaki juga hati-hati, lihat kanan dan kiri...ok!
Semoga pengalaman ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua...

Salam Kompasiana! ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun