Mohon tunggu...
Depi Surepi
Depi Surepi Mohon Tunggu... -

sedikit putih. sedikit hitam. jangan tanya mana yang dominan :))

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan dan Lintasan Lari

17 Maret 2011   11:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:43 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ciputat, 13 Maret 2011

Tuhan. Suatu Zat Yang Maha Esa, Maha Kekal, Maha Segalanya.

Dalam tulisan ini, saya tidak akan membicarakan tentang satu agama pun. Dalam tulisan ini, saya hanya akan membahas tentang Tuhan. Hanya tentang Tuhan.

Saya pernah memperdebatkan perihal Tuhan dan perbedaan kepercayaan agama dengan salah satu teman yang kuliah di jurusan ilmu filsafat. Dia berpendapat,

"bukankah Tuhan cuma satu?"

Maka saya membenarkan pendapatnya itu. Tepat sekali. Saya berpendapat,

"Tuhan memang cuma satu, hanya jalan menuju kepada-Nya bercabang banyak."

Mengapa demikian?

Begini, saya menganalogikan dunia sebagai sebuah stadion dengan pelataran parkirnya. Di dalam stadion ini terdapat lintasan lari, kursi penonton, dan garis finish. Sementara di luarnya terdapat pelataran parkir. Saya analogikan garis finish sebagai Tuhan, lintasan lari sebagai agama, dan di luar itu ada 'kursi penonton', serta 'pelataran parkir'. Bagi saya, Tuhan memang satu seperti halnya garis finish yang membentang di lintasan lari yang terbagi menjadi beberapa baris itu. Hingga, untuk menuju Tuhan, seorang manusia semestinya 'memilih' salah satu jalur tersebut. Yang mana saja, tak masalah. Pilih saja satu yang paling kauyakini. Agama yang paling kauyakini.

Sementara, kursi penonton saya analogikan dengan kaum agnostik. Penonton tentu bisa melihat garis finish bukan? Mengetahui keberadaan garis finish, hanya saja 'tidak' menuju ke sana. Sama seperti kaum agnostik yang mempercayai Tuhan, tapi enggan mempercayai agama. Hanya 'memperhatikan', tapi enggan 'terjun langsung'.

Lantas, di manakah tempat kaum atheis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun