Mohon tunggu...
Fransisco BoangManalu
Fransisco BoangManalu Mohon Tunggu... -

"Hidupku kugunakan sebagai manfaat terindah untuk orang lain dan Dunia ini adalah batu loncatan untuk Hidup kekalku kelak"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Sahabat

10 Juni 2011   05:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:40 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MASJID TERANCAM SEPI

oleh Dede Habibillah

Suatu kali aku tengah mencuri dengar perbincangan yang tak disengaja. Ada hal yang menarik dari tema yang dibahas kedua bapak bersahabat itu. Suasana masjid jami’ saat itu lengang. Hanya beberapa orang saja yang terlihat dengan aktifitas yang berbeda.
“Saya bingung pak, kok masih ada ya orang yang berani maling, padahal ini rumah Allah” ungkap bapak yang berbaju kemeja rapi.
“Jangan heran pak, kalau hilang helm itu sudah biasa. Mungkin si pencurinya mengamalkan ceramah ustad ambilah yang baik-baik dan buang yang buruknya” ujar bapak yang menggunakan baju koko dan peci warna hitam sambil tersenyum. Aku tau maksud bapak itu meski itu hanya leluconnya.
Aku berfikir, benarkah kini manusia tak memiliki nurani lagi?
Beberapa waktu lalu aku kehilangan motor. Tepatnya bukan motorku, tapi motor temanku. Padahal hanya ditinggal sebentar saja selagi kami shalat di masjid jami’ kampus. Kemudian tadi siang selesai shalat jum’at aku tak mendapati sandalku saat hendak pulang ke rumah.
Waduuuh... anda yang tersenyum pasti pernah merasakan hal demikian. Setelah kejadian seperti itu menimpa anda, apa yang akan anda lakukan? Pasti anda berkata “Biarlah ikhlaskan saja, mungkin malingnya memang benar-benar membutuhkan” walaupun ada diantara kita yang mencak-mencak dan menyemburkan sumpah serapah. Tentu jawaban ini tidak salah. Memang seharusnya cara berfikir seorang muslim mestilah positif. Tapi bukan itu masalahnya kawan. Ini adalah masalah ummat yang sangat sulit untuk dipecahkan.
Kehilangan sandal, helm, motor atau hal lain di mesjid seolah sudah menjadi hal biasa. Ironisnya lagi ini terjadi di mesjid yang jelas-jelas adalah tempat ibadah. Lantas jika di tempat suci saja orang berani mengambil hak orang lain, berulangkali lagi. Lalu bagaimana lagi kejadiannya bila ditempat-tempat ramai, pasar, kantor, dan lain-lain.
Kekesalanku memuncak bukan karena sandalku yang hilang dicuri (meski sdikit ada benarnya juga, he he), tapi terlebih karena citra mesjid yang ternoda. Jujur saja, aku jadi tak bersemangat shalat di mesjid jami’ dan mesjid lainnya. Bagaimana tidak? Setiap takbir yang kulalui selalu terbayang sandal, helm dan motorku. Kalau saja ini dibiarkan aku yakin jama’ah akan semakin berkurang. Mereka akan lebih memilih shalat di rumah. Na’udzubillah. Ini masalah serius kawan...!!
Mestikah mesjid sekarang ini menyediakan satpam giliran? Aneh bukan? Tapi bagaimana lagi coba. Aku membayangkan kalau masjid benar-benar menggunakan jasa satpam bagaimana ruwetnya para jama’ah karna harus diperiksa lagi. Apakah jama’ah menggunakan barang masing-masing ketika pulang.
Entahlah, yang jelas inilah sifat buruk salah satu penganut muslim. Tega mencuri barang orang yang sedang beribadah. Kejujuran telah hilang di bumi Aceh ini, bumi yang dahulunya amat menghormati satu sama lain, bumi yang dahulunya menyeruak kedamaian islam. Yang merusak nama Aceh bukanlah orang luar Aceh. Nyata-nyatanya yang merusak citra Aceh dan mesjid adalah salah satu dari pribuminya sendiri. Miris bukan...?

pemuda2 yang memakmurkan mesjid...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun