Melalui surat terbuka ini, ijinkan saya untuk sampaikan beberapa hal penting, menyangkut masa depan Kabupaten yang kita cintai dan kita banggakan bersama.
Dengan melihat sejarah dan latar belakang Kabupaten Pegunungan Bintang yang dimekarkan dari Kabupeten induk Jayawijaya pada tahun 2003. Jika dihitung sampai dengan saat ini, umur Kabupaten sudah dibilang dewasa.
Sudah semestinya maju dalam segi pemberdayaan sumber daya manusia dan juga maju dalam segi pendidikan dan lain sebagainya.
Saya pribadi mengapresiasi langkah demi langkah, kerja dan upaya yang Pemerintah daerah sudah lakukan dalam beberapa tahun silam. Diantaranya, mengirim siswa/i ke IALF Bali dan Sekolah Jenius Jakarta.
Fokus pendidikan adalah kunci utama untuk mengurangi kebodohan, ketertinggalan dan kemiskinan.
Dengan pendidikan yang baik akan berdampak positif untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat daerah.
Maju atau tidaknya suatu daerah salah satu faktor penyebab utamanya adalah pendidikan. Karena dengan perhatian di bidang pendidikan secara jelas dan transparan akan memberikan dampak positif terhadap SDM (sumber daya manusia) masyarakat Pegunungan Bintang.
Akan tetapi dimasa jabatan Bapak yang terhormat, Bapak Kostan Oktemka (Bupati) dan jejeranya, tidak terlihat dan tidak terasakan pemerataan fasilitas pendidikan yang baik. Banyak kasus yang ditimpah oleh saudara/i dan rekan-rekan seperjuangan dari Kabupaten Pegunungan Bintang. Dan juga termasuk saya sendiri adalah korban.
TERLANTARNYA MAHASISWA/I PEGUNUNGAN BINTANG
Jika Pemerintah Daerah melihat pendidikan, maka harapannya lihatlah secara keseluruhan (umum) dan bukan dengan kepentingan tertentu.
Satu hal yang tidak diperhatikan oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah TERLANTARNYA Mahasiswa/i putra-putri terbaik asli daerah Pegunungan Bintang yang berstudi di luar pulau Papua.