Mohon tunggu...
Imanuel H. Mimin
Imanuel H. Mimin Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suku Lepki di Kabupaten Pegunungan Bintang

21 Desember 2019   16:45 Diperbarui: 12 Januari 2020   01:11 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solomon Tefra menggunakan atribut pakaian tradisional suku Lepki (Sumber Gambar : Andersen (2007) The Lepki people of Sogber River, New Guinea)

Dari suku Ngalum ke arah utara mulai dari suku Kimki, Lepki, lalu Yetfa. Dari suku Yetfa ke arah utara lagi, sudah masuk ke dalam wilayah adat MAMTA yaitu Kabupaten Keerom.

Mitos Penciptaan 

Sebelum kontak dengan dunia luar dan sebelum mengenal agama atau sebelum mengenal peradaban modern, masyarakat suku Lepki sudah mempunyai kepercayaan dan ajaran dalam budaya mereka yang mengajar, mengatur, cara dan pola hidup mereka tentang yang baik dan buruk. Kepercayaan terhadap Sang Maha Pencipta dan keyakinan penciptaan manusia pertama sudah dipercayai oleh masyarakat suku Lepki dari generasi ke generasi. Menurut mitos setempat, manusia pertama mereka diciptakan oleh Ait Aba Kibitrum (Sang Maha Pencipta) di puncak gunung Ratefemais yang sekarang dikenal dengan nama puncak Mandala.

Kepercayaan terhadap mitos penciptaan ini juga dipercayai oleh enam suku lainnya seperti suku Ngalum, Ketengban, Murop, Kimki, Arintap dan juga Yetfa. Menurut mereka, dari situlah manusia pertama diciptakan dan beranak cucu lalu berpencar ke seluruh wilyah di Pegununngan Bintang.  Untuk penyebutan Ratefemais bagi masyarakat suku Lepki adalah hal yang dilarang karena bukan tempat sembarangan. Sebutan nama gunung tersebut bersifat tabu maka mereka hanya menyebut Tukoomais yang berarti tempat terlarang.

Dalam kepercayaan masyarakat suku Lepki, manusia Tukoomais beranakcucu lalu menyebar ke arah utara. Mereka juga percaya bahwa mereka (suku Lepki) adalah keturunan pertama dari manusia Tukoomais yang menempati wilayah Kabupaten Otonom Pegunungan Bintang bagian utara setelah mereka barulah terdapat suku Kimki dan Yetfa.

Seluruh masyarakat Pegunungan Bintang, baik yang berasal dari suku Ngalum, suku Ketengban, suku Murop, suku Kimki, suku Lepki, suku Arintap maupun suku Yetfa mengetahui dan menyebut gunung Ratefemais atau yang dikenal dengan nama Puncak Mandala bukanlah sembarangan gunung "Gunung yang sakral". Karena dalam menurut mitos kepercayaan mereka (7 suku di atas) awal mula kehidupan dan rekam jejak manusia Pegunungan Bintang dimulai dari situ. 

Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat "Yelako".

SARAN!!

Berdasarkan tulisan di atas atau artikel ini, jika ada yang mau meneliti, menulis artikel baik ilmiah maupun non ilmiah lebih dalam lagi mengenai suku Lepki bisa mengambil referensi pada sumber di bawa ini, karena saya juga kembangkan artikel ini dari buku dan jurnal yang saya baca mengenai suku Lepki salah satunya seperti buku di bawah ini. Salam!  

Referensi 

Sumber Buku : Sitokdana, Melkior N N, and Sebai Wilem Nukaipra. 2018. BUDAYA DAN SEJARAH PERADABAN SUKU LEPKI. Salatiga: Satya Wacana University Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun