Mohon tunggu...
Sampun Sepuh Sanget Manula
Sampun Sepuh Sanget Manula Mohon Tunggu... -

Try to be man of value.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arwah Itu Mengutuk

31 Maret 2017   14:34 Diperbarui: 1 April 2017   06:34 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kala kami, para pemuda pejuang tidur beralas rumput beratap langit, 

Ketika lapar, kami makan apa yg dapat kami temukan dirimba, 

Ketika kami haus, minum dari manapun air dapat ditemukan, 

Kami kumandangkan kelangit : 

MERDEKA atau MATI. 

Sekejab peluru menerjang tubuh kami yg kurus kurang makan, 

Ketika tubuh2 kami ambruk terkena peluru penjajah, 

Kami masih tetap memekik dalam berbisik 

MERDEKA, lanjutkan perjuangan kami, 

Mati satu tumbuh seribu. 

Dan republik ini lahir, berdiri dan menginjak dewasa, 

Dengan bangga kami melihat dari surga, 

Sudah ada pemimpin yg memberi arti perjuangan kami. 

Namun sekarang ini pula, 

Ada yg mencoba mengoyak dan menghancurkan 

Sambil tidur dihotel elite berbintang, 

Membuncitkan perut dengan makanan mewah, 

Meminum minuman segar sari buah yg tak pernah kami cicipi, 

Kalian merancang makar, 

Kalian membuat konspirasi dengan berkedok agama langit. 

Dari langit arwah kami mengutuk: 

Sungguh laknat rencana jahatmu. 

Jakarta Kompinski Hotel, 31 Maret 2017. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun