Kala kami, para pemuda pejuang tidur beralas rumput beratap langit,Â
Ketika lapar, kami makan apa yg dapat kami temukan dirimba,Â
Ketika kami haus, minum dari manapun air dapat ditemukan,Â
Kami kumandangkan kelangit :Â
MERDEKA atau MATI.Â
Sekejab peluru menerjang tubuh kami yg kurus kurang makan,Â
Ketika tubuh2 kami ambruk terkena peluru penjajah,Â
Kami masih tetap memekik dalam berbisikÂ
MERDEKA, lanjutkan perjuangan kami,Â
Mati satu tumbuh seribu.Â
Dan republik ini lahir, berdiri dan menginjak dewasa,Â
Dengan bangga kami melihat dari surga,Â
Sudah ada pemimpin yg memberi arti perjuangan kami.Â
Namun sekarang ini pula,Â
Ada yg mencoba mengoyak dan menghancurkanÂ
Sambil tidur dihotel elite berbintang,Â
Membuncitkan perut dengan makanan mewah,Â
Meminum minuman segar sari buah yg tak pernah kami cicipi,Â
Kalian merancang makar,Â
Kalian membuat konspirasi dengan berkedok agama langit.Â
Dari langit arwah kami mengutuk:Â
Sungguh laknat rencana jahatmu.Â
Jakarta Kompinski Hotel, 31 Maret 2017.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H