Mohon tunggu...
Sampun Sepuh Sanget Manula
Sampun Sepuh Sanget Manula Mohon Tunggu... -

Try to be man of value.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Don Lopez Count De Baris

9 September 2016   10:35 Diperbarui: 9 September 2016   10:44 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Konon di abad pertengahan di Eropa banyak kaum bangsawan yg sangat kejam pada rakyat pekerja, terlebih lagi pada para budak yg berasal dari negeri2 jajahan yg dibawa pulang kenegeri mereka oleh petualang2 yg sukses menjarah negeri jajahan, terutama di Africa. 

Setelah mereka dibawa kenegeri mereka, dijadikanlah mereka pekerja kasar, para tukang bangunan, kuli kapal dsb nya. Sedikit bersalah atau terlihat lesu karena sakit, sudah dianggap malas, langsung cambuk diayun ketubuh mereka. Banyak korban yg achirnya makin lemah dan tewas akibat bekerja terlalu keras diluar batas ditambah perlakuan kejam oleh para baron dan barones, count dan countess. 

Istilah budak yg bisa diperjual belikan tsb melanda daratan Eropa hingga Amerika, memiliki banyak budak adalah simbol status dan kekayaan para bangsawan dinegeri2 yg memperoleh kekayaan dari negeri jarahan asal para budak itu dilahirkan. Makin banyak memiliki budak makin sohor seorang bangsawan diantara kaumnya. 

Alkisah ada seorang Count berasal dari kota Baris Portugis, yg terkenal baik hati dan tak pernah membawa cambuk ataupun pedang dalam memimpin suatu proyek pembangunan dan pekerjaan yg dipimpinnya. Tak jarang Count de Baris turun dari kudanya untuk membantu mengangkat balok besar yg dipasang. Setelah balok berhasil dipasang, para budak berseru VIVA DON LOPEZ COUNT DE BARIS. 

Sukses demi sukses diraih oleh Don Lopez, hingga menimbulkan iri hati dan kecemburuan dikalangan para bangsawan dan achirnya membujuk para penguasa untuk "membuang" Don Lopez kenegeri seberang yg jauh. 

Achirnya Don Lopez terdampar ketanah Jawa, tepatnya di Jepara dalam rangka membangun benteng Portugis yg kokoh untuk menghadapi negeri2 pesaing dalam menguasai tanah Jawa, selain untuk pusat pemerintahan dan pertahanan lokal. 

Batu2 besar diusung dari bukit2 sekitar Jepara untuk membangun benteng, semua penduduk setempat secara massal dan bergantian regu per regu, kelompok per kelompok dipaksa bekerja untuk membangun benteng tsb. Sebagai pimpro Don Lopez tidak lupa kebiasan lama dan sangat sering turun dari kudanya dan ikut mengangkat batu untuk disusun bertingkat menjadi benteng. Setelah berhasil para bekerja berteriak senang dan berseru DON LOPEZ COUNT DE BARIS berulang kali setiap selesai per momen yg berat. 

Entah karena lidah Jawa yg agak sulit berbahasa asing, atau karena lebih enak didengar dan lebih ke jawa2an dalam suatu pekerjaan gotong royong. Setiap ada benda berat yg diangkat atau digeser mereka harus kompak dalam mengerahkan tenaga maka rame2 mereka berseru : HOLOPIS KUNTUL BARIS. Geser lagi, kompak lagi HOLOPIS KUNTUL BARIS. Padahal aslinya sih DON LOPEZ COUNT DE BARIS. 

Gak percaya, datang dan lihat petilasan benteng Portugis di Jepara, dan lihat gadis2 Kampung Benteng yg kuning2 ke bule2an dan ayu2 u  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun