Mohon tunggu...
sumantri suwarno
sumantri suwarno Mohon Tunggu... -

pengembara kehidupan, sedikit membaca, banyak mencerna....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencari Garuda di Paspor Darsem

2 Maret 2011   05:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:09 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Hari-hari ini kita kembali dikejutkan - sebagian mungkin sudah terbiasa - dengan berita seorang TKI yang terancam hukuman pancung di Saudi Arabia.  Berikut kutipan yang saya dapatkan dari Detik.com http://de.tk/Uq7Fw

Darsem binti Dawud terancam hukuman mati di Arab Saudi.  Namun TKW asal Subang ini bisa lolos dari hukuman itu  asalkan membayar diyat atau uang pengganti 2 juta real atau  Rp 4,6 miliar.
"Ahli waris memaafkan Darsem asalkan membayar diyat itu dalam waktu 6 bulan," kata Direktur Perlindungan WNI, Tatang Razak saat dihubungi detikcom, Selasa (22/2/2011) kemarin.
Maka bayangkanlah si Darsem ini, gadis asal Subang yang dengan gagah perkasa meninggalkan kampung halaman. Tidak berkeluh kesah atas lapangan kerja yang sulit, memilih mengadu nasib di negeri yang jauh, mencoba mencukupi nafkah untuk keluarga.  Darsem kemudian berlabuh di negara Saudi yang keras, 24 jam menjadi hamba sahaya. Hingga hari yang mencekam tiba, di kesendirian dia menghadapi pemerkosaan . Lalu terjadilah pembunuhan itu di tengah upaya pembelaannya.

Respon Formal Negara

Gadis desa ini, kini meringkuk di penjara. Hukuman pancung menanti. Hari-harinya berat, lelah, dan mengecewakan. Dia pasti kangen kampung halaman, dia pasti rindu orang tua, dia pasti berharap akan tetap berjumpa dengan kehidupan. Dia pasti menyesal memilih meninggalkan negeri, dia pasti menangis ingin pulang.
Seminggu sudah kabar sedih ini menghampiri kita. Lalu negara bergerak seperti biasa. Kementrian tenaga kerja mengambil langkah-langkah berkoordinasi dengan Kementrian Luar Negeri. Standar protokoler antar instansi, koordinasi dan cek ricek.  Darsem pasti menunggu-nunggu detik demi detik kabar gembira baginya dari tanah air.
Kemudian kita mendapatkan lagi berita dari media http://de.tk/1EMFq . Berikut kutipannya :

"Sampai saat ini telah terkumpul sekitar Rp 2,3 miliar dari para dermawan," demikian dikatakan Juru Bicara Kemlu Kusuma Habir dalam pesan singkat yang diterima detikcom hari ini.

4,7 Milyar di antara Trilyunan Uang Negara

Kita terhenyak. Negara besar dengan penduduk hampir 250 juta,  dengan APBN 2011 hampir 1250 Trilyun, yang bisa membuat paviliun di World Expo Shanghai menghabiskan hampir 180 Milyar, http://de.tk/0Ntze ternyata harus menunggu uluran tangan dermawan sekedar mendapatkan 4,7 Milyar menyelamatkan anak bangsanya.

12990416531531700684
12990416531531700684

Sebagai bangsa yang besar, yang terus menerus berusaha membangun kebanggaan di dunia internasional- para pemimpin kita gagal menjaga martabat bangsa. Alih-alih sibuk berpidato yang dramatis hanya menanggapi kekisruhan politik, kita merindukan pemimpin kita menggunakan momentum penyelamatan Darsem sebagai wahana membangkitkan kembali harga diri dan kebanggan berbangsa.

Pemimpin kita harus belajar bagaimana Presiden Chilli, atau Walikota New York  memanfaatkan tragedi penambang yang terjebak hingga serangan 9 September sebagai momentum membangun kohesivitas dan kebanggaan berbangsa. Pemimpin kita lebih sering memerankan diri sebagai pejabat pemerintahan semata, sibuk dengan formalitas dan seremoni tapi miskin aksi, dan gagal menunjukkan kepekaan.

Pemimpin Yang Mengayomi

12990421731699088217
12990421731699088217

Sungguh akan elok jika SBY memberikan pidato publik , didampingi menteri luar negeri dan menteri tenaga kerja.

"Untuk kesekian kali kita mendengar ada anak bangsa yang sedang terancam hukuman di luar negeri. Apapun kesalahannya negara akan memberikan perlindungan terbaik. Saya perintahkan Menteri tenaga Kerja dan Menteri Luar Negeri mengambil langkah cepat penyelesaian, dengan menggunakan seluruh otoritas dan fasilitas negara. Saya akan mengambil alih tanggung jawab atas operasi membela harkat dan martabat negara ini. Ini juga menjadi momentum "moratorium" yang tuntas bagi pengiriman TKI di masa yang akan datang. Kepada anak kita Darsem, bersabarlah. Negara akan datang dan menjemputmu. "
Yang kita dapati, SBY sering memberikan statement publik yang terkesan dramatis, hiperbolik justru untuk hal-hal yang secara substansi bukanlah masalah publik, bukanlah isu-isu kebangsaan. Bagaimana SBY membeberkan penghasilan yang diterimanya, ancaman teroris berulangkali, hingga kekecewaannya atas kinerja koalisi.

12990423021230085063
12990423021230085063

Kita cukup jelas melihat "Garuda" yang terpampang di loggo tim nasional sepakbola kita. Tetapi kita tampaknya lupa, di paspor, KTP dan di hati Darsem Garuda masih ikut serta. Dia ikut menemani Darsem dalam hari-hari sulitnya di penjara. Tapi itu mungkin belum cukup membuat para pemimpin kita, terbangunkan nuraninya..., bahwa dia layaknya Irfan Bachdim juga duta-duta bangsa.
Penikmat twitter  @mantriss

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun