Kata seorang pegawai negeri upil padaku hari ini.
"Kamu tahu gak, kami disebut juga ASU, alias Aparat Sipil Upil. Jadi, kami patuhnya pada negeri upil dan sipil (masyarakat upil)."
KAtanya lagi, "Jelas, kami pegawai negeri upil ini punya atasan struktural di setiap lembaga upil, apapun jenis lembaganya. Jelas, kami harus siap sedia kala ada instruksi dari atasan-atasan struktural itu.Â
Tapi, yang TERLEBIH JELAS, kami mengerjakan instruksi itu kalau instruksinya jelas. Bukan hasil drama bola sana bola sini.Â
Apalagi kalau disuruh ngerjain dua tugas berbeda di waktu bersamaan. Terus, udah disuruh bikin tugas, tapi malah yang lain yang ngerjain, mbok ya dari awal gak usah kita dibilag untuk membuat kan ya? Hahahahah, sungguh ke-unfaedah-an yang hakiki. Â
Sebab kalau sudah dibola-bola begitu, ya balik lagi, kami ini ASU (anjing)-nya negeri upil dan masyarakat upil, bukan bola sepakp-nya pejab at struktural. Atasan kami akan silih berganti.Â
Mereka jadi atasn karena memang jabatannya sedang di atas kami. Dan lagi, atasan bukan berarti tuan. Tapi tuan jelas adalah junjungan. "
Lanjutnya dengan lebar panjang, "Junjungan kami para ASU ini adalah negeri upil dan sipil upil. Wong, kepanjangannya saja Aparat Sipil Upil. Bukan malah APS, ayam penyet surabaya, ehhh maksudnya aparat pejabat struktural."
Kemudian diakhiri olehnya, "Oleh karena itu, jika kami yang ASU ini menggigit layaknya asu (anjing) itu kami bukan menggigit lembaga upil, negeri upil, atau sipil upil.Â
Tapi menggigit orang-orang yang berpikir dan merasa lembaga-lembaga upil di negeri upil ini seperti milik pribadi atau layaknya perusahaan keluarga yang bisa dikekang kepemilikan dan sahamnya. (kalau mau gitu mending buat bisnis sendiri saja 'kan, ya? Hahahaha, gak sanggup modal, ya? Hiihihihi, kasihan)."
_ASU vs Bola Sepak (ya menang ASU-lah, apalagi kalau asu-nya gila)