Kreativitas mampu mendatangkan rezeki. Di Grobogan, Jawa Tengah, sejumlah wanita memanfaatkan daun pandan untuk membuat tikar anyaman. Sejak puluhan tahun silam, Desa Terkesi, Kecamatan Klambu, Grobogan--lokasi para perajin itu--memang menjadi sentra kerajinan tikar pandan.
Namun, seiring berjalannya waktu, kerajinan tikar pandan mulai tersisih. Walau berharga cukup murah, yaitu sekitar Rp 15 ribu, tikar pandan kalah bersaing dari tikar plastik dan tikar karpet.
Sebenarnya kualitas tikar pandan tidak buruk. Para perajin tikar juga mengaku, satu-satunya kendala mereka adalah pemasaran. Selama ini, tikar yang proses pembuatannya memakan waktu tiga pekan itu hanya beredar di Grobogan.
Para perajin berharap pemerintah setempat membantu memasarkan tikar pandan ke pasar yang lebih luas. Mereka khawatir kerajinan ini akan hilang ditelan zaman.
Baca artikel lain tentang Tikar Lapik Khas Kerinci Nan Unik dan Membersihkan Tikar Pandan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H