Mohon tunggu...
Taufiqi Pramono
Taufiqi Pramono Mohon Tunggu... wiraswasta -

twitter.com/taufiqipram

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Panti Asuhan: Pencetak Pemalas

7 Juli 2012   23:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:11 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Panti asuhan adalah lembaga pencetak generasi pemalas."

Mungkin Anda beranggapan bahwa orang yang mengeluarkan pernyataan di atas adalah orang jahat, yang antisosial, anti anak yatim, pendusta agama (berdasarkan surat Al Ma'un), dan beribu karakter jahat lainnya.

Kalau benar dugaan Anda seperti itu, Anda salah. Saya kasih tahu saja. Yang mengeluarkan pernyataan di atas adalah seorang pengurus panti asuhan, bahkan menduduki sebuah jabatan yang sangat penting di panti itu.

Dia mendapati alumni-alumni panti asuhan cenderung enggan meninggalkan pantinya karena merasa sudah puas dengan fasilitas yang sangat cukup yang diberikan panti. Seorang anak jebolan panti asuhan menurutnya cenderung sulit untuk mandiri karena terbiasa dengan bantuan orang lain.

"Terbiasa dengan bantuan orang lain", dia
menegaskannya sekali lagi.

Tapi apakah mendirikan panti asuhan itu salah?
Dia jawab tidak. Panti asuhan yang tidak mengajarkan tentang kemandirian lah yang salah. Panti asuhan yang sekadar menampung anak yatim, memberi mereka makan, dan menyekolahkan saja lah yang salah. Panti asuhan yang begini ini yang dia maksud sebagai pencetak generasi pemalas.

Anak panti, lanjutnya harus dididik untuk mandiri, untuk sedini mungkin meninggalkan pantinya. Bukan karena tidak kerasan, tapi karena di dalam jiwanya telah tertanam motivasi yang besar untuk mandiri. Tekad yang bulat untuk membuktikan bahwa anak yatim tidak hanya hidup dengan mengandalkan bantuan orang lain. Spirit untuk lepas dari ketergantungan lah yang harusnya diajarkan.

Panti asuhan dengan jebolan anak-anak yatim yang mandiri lah yang menurutnya harus menjadi visi misi setiap panti. Anak yatim yang harusnya diberi kasih sayang, juga layak untuk memberi. Anak yatim harus dididik untuk menjadi entrepeneur yang memberi pekerjaan kepada anak-anak lain yang tidak yatim. Mereka lah anak-anak yatim unggulan, yang sedini mungkin meninggalkan pantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun