[caption id="attachment_111010" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] INI FAKTA! Seluruh pemilik suara di Kongres PSSI, baik yang ro GT-AP (K-78) maupun yang anti GT-AP (di luar mereka) dulunya adalah antek-antek Nurdin semua. Mereka pilih Nurdin dengan suara bulat saat Nurdin Halid dipenjara, dan ini jelas melanggar Statuta FIFA. Jadi bukan cuma K-78! Perbedaannya sekarang, kelompok yang anti GT-AP kini mengusung dua nama terkuat yang semuanya orang dekat Nurdin Halid, yaitu:  Agusman Effendi (anggota DPR dari Golkar) dan Ahsanul Qosasih (anggota DPR dari Demokrat). Status mereka sebagai politisi jelas rawan sekali membawa PSSI sebagai kendaraan politik seperti Nurdin Halid dulu. Mereka juga sulit dipercaya bakal menjalankan reformasi total di PSSI, termasuk membongkar seluruh skandal suap dan kolusi yang menyelimuti rezim Nurdin Halid, termasuk kolusinya dengan beberapa pejabat FIFA (antara lain Thierry Regennas), hingga Nurdin disahkan sebagai ketua umum PSSI lagi meski statusnya adalah narapidana. Agusman Effendi ini malah menempatkan diri jadi bempernya Nurdin saat Nurdin di penjara selama dua tahun. Ia terima perintah Nurdin sebagai pelaksana tugas ketua umum PSSI selama Nurdin dipenjara. Sedangkan Ahsanul Qosasih adalah bendahara PSSI, yang diduga bermasalah keuangannya, terutama dalam kaitan dengan APBD dan APBN. Sedangkan kelompok 78 jelas memihak orang baru, yaitu George Toisutta dan Arifin Panigoro yang lebih independen daripada Ahsanul Qosasih (DPR Demokrat) dan Agusman Effendi (DPR Golkar). GT-AP juga berperan besar dalam gerakan reformasi PSSI, yang akhirnya menjungkalkan razim Nurdin Halid. Di tangan mereka agenda reformasi PSSI lebih memungkinkan dilaksanakan. Dan karena keduanya tidak pernah masuk dalam ketiak rezim Nurdin Halid, maka mereka tak punya beban moral untuk membongkar seluruh skandal suap dan kolusi di tubuh PSSI era Nurdin. FIFA dibawah kendali Thierry Regennas nampaknya cukup ketakutan dengan sepak terjang GT-AP, yang mungkin bakal membongkar habis skandal-skandal Nurdin, karena itu akan berimbas ke dirinya dan beberapa pejabat FIFA yang memback up Nurdin dulu. Jadi, kenapa ada orang yang justeru memusuhi kelompok 78? Kenapa mereka tidak memasalahkan kelompok lainnya yang mengusung orang-orang dekat Nurdin untuk jadi ketua umum PSSI? Dimana akal sehat? Dimana sikap reformis mereka? Atau jangan-jangan itu karena GT seorang jenderal? Terus kenapa kalau dia jendral? Bukankah Agum Gumelar dulu juga seorang jendral aktif saat menjabat ketum PSSI? Begitu pula dengan jendral-jendral sebelumnya seperti Kardono dan Bardosono? Jujurlah kawan! Nurdin Halid bisa lengser seperti itu ya juga karena perjuangan habis-habisan GT dan AP. Dibutuhkan tangan seorang jendral untuk bisa menggusur dikatotor Nurdin yang didukung duit besar Bakrie. Arifin Panigoro habiskan uang pribadi sampai 100 miliar untuk mereformasi PSSI, lewat jalur LPI, sebuah liga yang profesional, bebas dari APBD. Bukan seperti LPI yang amatiran, hidup dari APBD. AP juga janjikan akan berikan Rp 1 M untuk setiap Pengprov sebagai dana pembinaan sepakbola di setiap daerah. Dan yang pasti, Arifin tak akan cari makan di PSSI! Ia yang keluar duit untuk jadikan PSSI sebagai Macan Asia! Seperti janji Toisutta di DPR. Harusnya kita semua berterima kasih pada mereka berdua, bukan malah menjegal mencaci mereka! Mansyur Alkatiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H