Mohon tunggu...
Mansurya Manik
Mansurya Manik Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Pendidikan

KOMUNITAS KOMPETENSI LITERASI DAN NUMERASI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nuansa Melayu Digelaran Seni Resepsi Milad Ke 109 Muhammadiyah

19 November 2021   20:23 Diperbarui: 19 November 2021   20:37 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Resepsi Milad Ke 109 Persyarikatan Muhammadiyah yang dilaksanakan pada tanggal 18 November 2021 dengan konsep semi virtual bertempat di auditorium sport Universitas Muhammadiyah Jogjakarta telah berlangsung dengan sukses dan penuh hikmat. pidato Ketua Umum Muhammadiyah Prof.Dr.H.Heaidar Nashir serta Pidato Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memberikan semangat bagi para kader untuk terus melakukan hal baik bagi bangsa Indonesia.

Yang mencuri perhatian pada resepsi milad tersebut,  pada gelaran seni pengisi acara dari delapan tampilan seni, ada tiga tampilan yang menampilkan lagu-lagu Melayu, termasuk juga pembawa acara memakai pakaian Teluk Belanga khas Melayu. Apakah hal itu kebetulan belaka atau ada pesan yang ingin disampaikan oleh panitia ?, tentu merekalah yang lebih tahu. Namun demikian jika dikaji lebih seksama ada benarnya resepsi milad ke 109 Muhammadiyah menampilkan seni Melayu. Lagu dan musiknya yang dinamis memberi aura positif dan memberikan pesan bahwa dimasa pagebluk pandemic covid-19 ini dibutuhkan keyakinan dan optimisme untuk menghadapi hari esok. Sebagaimana petuah Puak Melayu :

"Tuah sakti hamba negeri,

 Esa hilang dua terbilang, 

Patah tumbuh hilang berganti, 

Takkan Melayu hilang di bumi".

Bagi Puak Melayu, agama Islam dan Melayu adalah satu kesatuan yang utuh. Melayu adalah Islam, jika Melayu bukan Islam maka hilanglah jatidirinya. Penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari peran Puak Melayu. Islam di Nusantara bermula di Kerajaan Barus di pesisir pantai barat pulau Sumatera  , kemudian menyebar di Kesultanan Peureulak di pesisir pantai timur pulau Sumatera, menjadi besar dibawah daulah Kesultanan Samudra Darussalam atau yang lebih dikenal dengan nama Samudra Pasai yang berdiri sekitar tahun 1297 di pesisir pantai timur pulau Sumatera juga. Kesultanan Samudra Pasai nun jauh dari pusat negeri lahirnya Islam di Mekah, itulah sebab maka  negeri ini disebut serambi Mekah. Kesultanan Samudra Pasai berdiri dua tahun lebih dulu dari Kesultanan Otoman Turki yang berdiri tahun 1299. Dan empat tahun setelah berdirinya kerajaan Majapahit yang menganut Hindu dan Budha sekitar tahun 1293 di pulau Jawa.

Dari Kesultanan Samudra Darussalam atau Samudra Pasai lalu menyebar keseantero negeri. Dari ujung barat di Pulau Sabang sampai ujung timur dipulau Biak sebelah Papua, tentu saja Jawa, Nusatenggara, Kalimantan Sulawesi, kepulauan Maluku, merambah ke Malaka yang menjadi Malaysia, naik ke Patani yang sekarang menjadi bagian negara Siam Thailand, , menyebar pula ke Mindanau di Philipina, kalau hendak membuktikan silahkan telusurilah pasti ada jejak Puak Melayu.

Jauh Sebelum Bahasa Inggris sebagai lingua franca, Bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca. Dipakai sebagai bahasa pengantar oleh para pedagang di Nusantara. Itulah mengapa pada Kongres Pemuda Ke II tahun 1928, Mr.Muhammad Yamin sebagai konseptor Sumpah Pemuda memunculkan kalimat Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. Karena dahulunya bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca, tentu saja dapat diterima oleh peserta kongres. Dan akhirnya, ketika Indonesia merdeka, bahasa ini menjadi bahasa resmi negara. Dikukuhkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia pasal 36. Tutur kata Puak Melayu penuh budi bahasa, mengkritik orang atau pemerintah dengan pantun atau gurindam, yang dikritik paham tanpa dipermalukan. Dengan kalimat " Raja Alim Raja Disembah, Raja Zalim Raja Disanggah" maka sejak awal pemerintah dan rakyat sudah memahami posisinya. Jika pemerintah zalim, alamat Raja akan diturunkan oleh rakyatnya.

Selain Bahasa, Puak Melayu juga memberikan uang dan wilayah negara meleburkan diri untuk mewujudkan Negara Indonesia. Contoh diantaranya adalah Sultan Syarif Kasim II, Raja Kesultanan Siak Sri Inderapura Darul Ridzuan, pada awal proklamasi berdirinya Negara Indonesia Merdeka, beliau menyerahkan uang 13 juta gulden, semua yang ada, mahkota kekuasaan dan wilayahnya diserahkan untuk terwujudnya Negara Indonesia Merdeka. Ada lagi seperti Pangeran dari Kesultanan Langkat, Tengku Amir Hamzah namanya, seorang republiken yang terbunuh pada revolusi sosial. Padahal beliau jelas republiken tulen pembela Indonesia. Tentu saja Kesultanan Melayu lainnya turut juga mendukung terwujudnya Negara Indonesia. Terbukti saat inipun tidak ada yang memberontak ingin keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam tulis menulis, sumbangsih Puak Melayu cukup besar. Aksara yang dipakai Puak Melayu sebagai bahasa tulisan, mengikuti huruf hijaiyah, sesuai dengan huruf yang dipakai untuk menulis Alquran. Huruf hijaiyah dipakai dalam tulisan sehari-hari, ditambahkan dan dimodifikasi beberapa huruf supaya sesuai dengan cara bicara orang melayu karena ada lambang bunyi yang tidak ada dalam bahsa arab. Semisal "C" dipakailah huruf hijaiyah "jim" ditambah tiga titik dibawahnya, huruf "P" dipakailah huruf hijaiyah "fa' ditambah tiga titik diatasnya, huruf "G" dipakailah huruf hijaiyah "kaf" ditambah garis diatasnya, lalu "nya" dipakailah huruf hijaiyah "ya" ditambah tiga titik dibawahnya, serta "ng" dipakailah huruf hijaiyah "'ain" dengan menambah tiga titik diatasnya. Aksara hasil modifikasi Puak Melayu disebut aksara  arab Melayu, kalau sekarang disebut juga sebagai  arab pegon atau aksara Jawi. Kaum penjajah tahu betul ruh Puak Melayu, jauhkan Melayu dari Islam maka ruhnya akan hilang, karena itu dihapuslah penggunaan huruf arab Melayu, digantikan abjad aksara Latin Romawi. Tinggal lagi di pondok pesantren aksara ini dipakai, atau di negeri Patani di Selatan Thailand. Kalau di Indonesia, secara umum, sudah jarang yang memakainya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun