Mohon tunggu...
mansurni abadi
mansurni abadi Mohon Tunggu... psikolog -

“Be aware of this truth that the people on this earth could be joyous, if only they would live rationally and if they would contribute mutually to each others' welfare. This world is not a vale of sorrows if you will recognize discriminatingly what is truly excellent in it; and if you will avail yourself of it for mutual happiness and well-being. Therefore, let us explain as often as possible, and particularly at the departure of life, that we base our faith on firm foundations, on Truth for putting into action our ideas which do not depend on fables and ideas which Science has long ago proven to be false.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesenjangan Lain Mengakibatkan Teror

5 Februari 2016   18:15 Diperbarui: 5 Februari 2016   18:47 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kesenjangan Lain Mengakibatkan Teror"][/caption]Serangan jakarta telah berlalu beberapa waktu lalu, namun tidak menutup kemungkinan akan adanya kembali serangan serupa ditempat yang sama dan dengan cara yang berbeda. Meskipun serangan terbaru yang meniru serangan paris berhasil digagalkan namun sudah selayaknya menjadi sebuah pelajaran berharga bagi masyarakat luas umumnya maupun bagi mereka yang berkecimpung menangani dan memberentas radikalisme yang mengakibatkan teror.

Dalam memahami terorisme kita harus melihat dari kacamata yang luas tidak hanya soal agama apalagi soal isu –isu sosial tapi ada satu hal yang mesti diketahui masyarakat luas, 3 orang pengamat terorisme bernama Magnus Ranstorp, Andrew Silke, dan Alex Schmid mempubliksasikan beberapa penelitian berguna yang saya tidak diketahui masyarakat khususnya indonesia dikarena keterbatasan dalam peterjemahan yaitu penelitian tentang 50 point lebih hal-hal yang menyebabkan terjadinya teror.

Dari mulai arab spring, kesenjangan ekonomi, tidak adanya kepengawasan dalam badan keagamaan,adanya pemimpin yang melegalkan kelompok radikal,tidak terungkap dengan tuntasnya berbagai kasus terorisme, dan lain sebagainya. Namun yang menarik dari kajian ini adalah point nomer 51 tentang adanya kesenjangan antara akademisi dan pembuat kebijakan publik.

Kita sudah ketahui bersama bahwa antara pembuat kebijakan publik dan juga akademisi di indonesia asik dengan dunianya sendiri terkadang sinergi itu kurang justru saling melempar dan menyalahkan hal inilah yang di Kritis oleh Alex Schimtz dan 2 rekannya tentang kesenjangan antara ilmuwan dan pembuat kebijakan.

Lebih lanjut masalah kesenjangan ini melengkapi kesenjangan yang lainnya yang memunculkan terorisme, dari analis saya tentang kesenjangan ini maka Saya pikir menjembatani kesenjangan antara dunia kebijakan dan dunia akademik benar-benar penting karena Jika salah satu ingin menggunakan jawaban sehingga yang lain menghasilkan jawaban juga ,dan jika dunia akademis ingin merespon terhadap pertanyaan dari dunia nyata yaitu dari dunia kebijakan, maka menjembatani kesenjangan yang sangat penting.

Dan mengapa ada kesenjangan, karena mereka hidup dalam dinamika yang berbeda, mereka hidup di dunia yang berbeda. Dunia kebijakan ditentukan oleh semangat media, parlemen, masyarakat umum yang ingin tanggapan terhadap ancaman, terhadap serangan, dengan insiden teroris sekarang, secepatnya. Dan dunia akademisi jelas memiliki dinamika yang berbeda dan cara yang berbeda menanggapi pertanyaan. Jika salah satu ingin memahami orang lain, maka mereka harus berkumpul bersama dan mengenal dunia masing-masing. Mengenal dunia masing-masing berarti hidup di dunia lain, selama beberapa waktu, datang bersama-sama dalam ruangan yang sama, di lingkungan yang sama dan berbicara satu sama lain.

Dan cobalah untuk benar-benar merasa empati dan memahami apa kebutuhan satu sama lainnya. Menerjemahkan kebutuhan kebijakan kedalam pertanyaan akademik adalah tantangan nyata. Para pembuat kebijakan, orang dalam lingkarang pembuat kebijakan tidak selalu mengerti bagaimana Anda dapat menerjemahkan, apa yang mereka perlu tahu menjadi pertanyaan melalui penelitian nyata akademik. Datang bersama-sama dalam pertemuan, di pertukaran pribadi, dalam pertukaran pengetahuan dan mengetahui dinamika dunia satu sama lain adalah benar-benar penting.

*) Sumber Gambar: di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun