Dalam konteks GERDEMA Malinau ini pemerintah bukan lantas lepas tangan. Justru tugas pemerintah sangat penting. Pemerintah harus mampu mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk dapat menolong dirinya sendiri dalam mewujudkan kemandirian. (hal. 53) Pemberdayaan dikatakan sangat berhasil apabila kegiatan tersebut dapat berkembang dan dicontoh oleh masyarakat lainnya.
Peran pemerintah desa, yang selama ini hanya untuk membuat KTP, harus pula dioptimalkan. Karena sebenanrnya mereka-lah instrumen pembangunan yang besar dan strategis. Pemerintah musti membimbing mereka menemukan dan menggali potensi yang dimiliki. Serta tak lupa mamberikan pengarah yang sifatnya administratif.
Langkah Taktis
Gerakan revolusi yang dilakukan Yansen di Malinau sejak tahun 2012 lalu ini memang benar-benar pembangunan dari bawah (bottom up). Adapun langkah taktisnya, diawali dengan memetakan potensi desa melalui pra-musyawarah rencana pembangunan desa (pra-musrenbangdes). Kemudian hasilnya dikoordinasikan melalui mekanisme Lembaga Partisipasi Pembangunan dan Partisipasi Desa (LP3MD).
Selanjutnya, hasil pra-musrenbangdes dibawa ke Musrenbangdes yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD).
Di tingkat kecamatan, hasil musrenbangdes dikomunikasikan dengan program dan kegiatan sejenis dari desa lain untuk dijadikan bahan musrenbang tingkat kabupaten. Forum ini disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam). Hasil dari Pra-Musrenbangdes dan Musrenbangdes dibawa ke kabupaten (Musrenbang Kabupaten). Data-data ini dijadikan sebagai bahan pijakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menelorkan program-program selama setahun ke depan. (Hal. 150-153)
Buku ringan setebal 224 halaman ini mengajak para pemangku kebijakan melibatkan masyarakat dalam menentukan arah pembangunan. Partisipasi yang didasarkan atas kesadaran dan pengertian terhadap kegiatan bersama. Sehingga masyarakat memahami bahwa yang dikerjakannya bersama itu bermanfaat bagi kehidupan mereka.
Buku ini memang memetakan konsep pembangunan yang progresif. Hanya saja di dalamnya kurang diekspos (hanya sedikit) perihal mentalitas. Padahal pembangunan progresif tentu membutuhkan mentalitas masyarakat dan pemimpin yang tangguh dan berkarakter. Kebijakan sebagus apapun tanpa mentalitas yang baik tentu akan sia-sia. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H