Mohon tunggu...
Samran Mah
Samran Mah Mohon Tunggu... -

Hanya seorang warga negara biasa dari Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Kerbau dan Sapi Bertengkar, Kambingpun Hanya Bisa Menonton

19 November 2014   16:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisruh kenaikan harga BBM subsidi sebesar 2.000 rupiah, baik untuk premium maupun solar, hingga kini masih terus berlanjut antara pemerintah beserta para pendukungnya dengan orang-orang yang menolak kenaikan harga BBM subsidi... Pemandangan seperti ini bisa kita temui di media massa yang sepertinya sudah mulai luntur netralitasnya, di jalan raya berupa demo penolakan kenaikan harga BBM yang malah bentrok dengan masyarakat, serta di media sosial yang seolah tidak ada habisnya... Terlihat jelas dalam kondisi-kondisi tersebut, bahwa pada masing-masing kondisi terdapat dua kubu yang berseberangan, mendukung dan menolak, pro dan kontra... Wajar memang jika dalam suatu hal ada pihak yang mendukung dan ada pihak yang menolak, justru ini menggambarkan sesuatu yang sehat, selama perbedaan pandangan tersebut akan membuat kita lebih baik lagi kedepan... Namun ada satu hal yang sangat disayangkan menurut pandangan saya, yakni tidak adanya transparansi atas data konkret untuk mendukung argumennya masing-masing -mohon dikoreksi jika salah, karena mungkin datanya ada tapi tidak dipublish ke khalayak umum- kebanyakan hanya mengandalkan logika berpikir masing-masing pihak...Pemerintah beralasan bahwa kebijakan ini diambil karena selama ini subsidi BBM telah salah sasaran, karena membebani anggaran negara, karena bisa menghemat uang negara sekian triliun, dan lain sebagainya, namun di sisi lain harga minyak dunia saat ini sedang turun dan hal inilah yang dipertanyakan oleh pihak-pihak yang menolak, mereka beranggapan bahwa kenaikan harga BBM subsidi akan semakin menyulitkan rakyat kecil, mereka beranggapan bahwa ada kepentingan lain yang tersembunyi dibalik kenaikan harga BBM subsidi... Dalam konteks perdebatan, alasan-alasan tersebut sama-sama kuat, hal terakhir yang menjadi penentu adalah validitas data-data yang mendukung berbagai alasan tersebut... Lalu pertanyaannya, apakah datanya ada...? Data yang sudah ada saja perlu diuji validitasnya, diuji kewajarannya, apalagi kalau datanya tidak ada... Menyebar segala sesuatu tanpa data yang jelas, apalagi sampai menyudutkan pihak tertentu, tidaklah ubahnya seperti menyebar fitnah... Adalah sebuah ironi jika dalam setiap doa kita memohon agar terlindung dari segala macam fitnah, tapi tanpa kita sadari kita sendiri sudah menyebar fitnah... Apakah pantas seorang yang mencoba bunuh diri berdoa agar selamat dari percobaan bunuh diri yang dia lakukan...? Itulah kiranya pendapat saya mengenai kisruh perdebatan atas kenaikan harga BBM subsidi kali ini, perdebatan yang saya umpamakan sebagai pertengkaran antara kerbau dan sapi, sedang penonton seperti saya ibarat seekor kambing... Dan tulisan ini adalah hasil review dari pertengkaran yang telah ditonton... Sebelum saya akhiri, insting saya menyatakan bahwa pertengkaran antara kerbau dan sapi ini adalah karena hasutan seekor serigala dan memang kondisi inilah yang diharapkan oleh serigala tersebut... Namun sekali lagi saya ingatkan, ini hanyalah sekedar insting, tanpa ada data pendukung, maka janganlah pula ditelan secara mentah-mentah... Salam Indonesia.... Sumber : http://mansarpost.com/2014/11/19/ketika-kerbau-dan-sapi-bertengkar-kambingpun-hanya-bisa-menonton/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun