Rasa penasaranku terbuktikan malam ini setelah beberapa waktu lalu membaca profil penulis buku yang berjudul "Negeri Tanda Tanya". Ternyata setelah aku search di google penulis buku itu merupakan salah satu karya kompasianer. Buku ini ditulis oleh Supriadi Purba Mergana. Seorang aktivis dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang lahir di Salit Simalem Tanah Karo. Hampir seluruh isi buku tulisan itu telah dipublikasikan di Media Sosial sejuta umat kompasiana ini. Dan telah puluhan ribu orang sudah duluan membaca artikel-artikelnya yang sangat menarik sebelum dibukukan. Apalagi setelah dibukukan, secara otomatis jumlah pembacanya semakin bertambah banyak.
Banyak hal positif yang patut kita contohkan dan bila perlu dikembangkan agar penyebarluasan keilmuan menjangkau luas ke semua lapisan masyarakat. Pertama, pengumpulan tulisan yang masih berserakan di media sosial kompasiana menjadi sebuah buku memberikan dampak ganda kepada manusia lainnya. Di satu sisi ilmu yang kita bagikan tidak hanya dibaca oleh pencinta internet semata, akan tetapi karya kita juga bisa dibaca dan diambil hikmahnya oleh orang tidak suka dengan dunia internet. Akibatnya, pemerataan informasi lebih jauh terjangkau. Masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil juga bisa mendalami dan membaca buku yang kita tulis. Kedua, manfaat yang diperoleh oleh penulis adalah keuntungan yang luar biasa dari penerbitan buku. Bayangkan saja Satu buku terjual dengan harga Rp 55.000 dikalikan saja 10000 buku. Tentu hasilnya sudah banyak.
Tapi yang patut disayangkan adalah masih sedikit sekali tulisan-tulisan yang ditayangkan di Kompasiana yang dibukukan menjadi buku. Padahal kualiatas tulisannya tidak kalah dari penulis-penulis terkenal best seller. Seperti Tulisan Ibu Sri Wulandari, Pak De Kartono, Mbak Ellen Meringka, Mas Gatot Suwandito, Mas Gunawan dan beberapa kompasianer lainnya yang tulisannya sangat dinantikan oleh pengunjung setia media keroyokan ini. Tulisan mereka ini sangat enak dibaca dan dipahami karena ditulis dengan bahasa-bahasa yang sederhana. Dan di tengah-tengah tulisannya selalu membuat pembaca nyengir sendiri. Apalagi tulisan Pak De yang terus-terusan memuji dirinya sendiri dengan Kepedeannya yang tak terkalahkan oleh siapapun. Tapi menarik untuk disimak dan mampu membuat pembaca ketawa.
Mari kita mencoba membukukan tulisan-tulisan kita yang sudah pernah kita publis agar semua orang dapat membacanya. Tidak hanya pengguna internet, tapi orang yang tidak terbiasa dengan dunia internet juga bisa menikmati tulisan kita dengan baik. Dan berharap juga yang membaca dapat mengaplikasikan dalam kehidupannya.
Mansari, SHI
Banda Aceh, 18 Mei 2014
