Istilah kutu buku merupakan leksikon yang disematkan kepada orang yang menghabiskan waktunya untuk membaca buku, di manapun ia berada. Jadi, pacaran dengan kutu buku bukan berarti pacaran dengan kutu-kutu yang merusak buku-buku, tapi berpacaran dengan orang-orang yang suka membaca buku. Sehingga kebanyakan waktu kesehariannya dipergunakan untuk meng-up date informasi-informasi terbaru melalu membaca. Di era digital dewasa ini istilah kutu buku barangkali perlu direnovasi mengingat bacaan tidak hanya terdapat dalam buku-buku, bacaan juga dapat dikonsumsi melalui media online, e-book, blogspot, website-website tertentu yang khusus menyediakan hasil-hasil penelitian mutakhir. Istilah yang cocok digunakan dewasa ini adalah “kutu buku dan digital”. Istilah baru tersebut dapat mencerminkan keduanya.
Pacaran dengan “kutu buku dan digital” memang suatu hal yang sangat membosankan. Waktu yang dihabiskan bukan bersama si buah hati tercinta, tapi dengan bacaan-bacaaan. Rasa galau selalu mengintai kekasih si “kutu buku dan digital” yang terus disibukkkan dan meng-upte informasi dan bacaan. Semua orang pacaran pasti akan merasakan rasa ini manakala tidak mendapatkan informasi dari si buah hati. Memberikan informasi dan kabarnya saja tidak memiliki waktu apalagi jalan-jalan ke taman-taman, ke mall-mall, dan ke tempat-tempat hiburan lainnya.
Untuk menghadapi pacar yang berstatus sebagai “kutu buku dan digital” dituntut untuk banyak bersabar. Ketidaksabaran akan membuat sebuah hubungan yang telah terbangun sejak lama menjadi retak dan berantakan. Sikap saling memahami dan mempercayai sangat dibutuhkan supaya bisa menjalin hubungan dalam jangka waktu lama. Kontrak untuk menyepakati jadwal berkomunikasi harus ditentukan agar terhindar dari miskomunikasi di antara keduanya. Apalagi bila keduanya menyandang status “kutu buku dan digital”, waktu untuk saling bersuka ria sangatlah terbatas. Jika kedua menyandang gelar tersebut bukanlah suatu persoalan yang rumit. Kedua-duanya disibukkan dengan bahan-bahan bacaan terbaru yang tidak bisa terlewatkan.
Berpacaran dengan “kutu buku dan digital” selain memiliki dampak negatif dalam menjalani sebuah hubungan, juga banyak aspek positif yang dapat memperlama sebuah hubungan. “Kutu buku dan digital” melalui informasi yang secara terus menerus di up date akan mendapatkan informasi-informasi terbaru. Informasi tersebut dapat memberikan sebagai sarana untuk saling belajar di antara keduanya. Terlebih lagi bila bacaan yang sering dibaca berupa bacaan-bacaan yang berhubungan dengan percintaan, cara membangun hubungan asmara bersama orang dicintai, cara membuat orang dicintai bahagia, dan lain sebagainya. Bacaan-bacaan seperti itu dapat memberikan dampak positif dan energy yang luar biasa bila dilaksanakan dan dipraktekkan dalam membangun hubungan percintaan.
Orang yang banyak membaca sudah pasti dapat mengetahui berbagai hal-hal unik. Bahkan melalui hal-hal yang unik itu dapat dibuat sebuah humor yang lucu yang dapat membahagiakan si dia dengan canda tawanya. Hubungan yang tegang tidak akan terjadi dalam interval waktu lama, akan tetapi hubungan yang selalu diselimuti oleh rasa tegang hanya terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Pria humoris merupakan rebutan gadis kinyis-kenyis berkulit matang manggis yang senyumnya manis abis yang selalu pakai tongsis untuk eksis-eksis. Begitu juga dengan wanita yang humoris menjadi incaran pria idaman yang berkumis tipis, yang suka makan ikan tumis pada malam kamis.
Oleh karenanya, berpacaran dengan “kutu buku dan digital” tidak hanya memiliki dampak positif yang mempersingkat hubungan percintaan, tetapi juga bisa memperlama. Hal ini sangat tergantung pihak-pihak yang mempraktekkan berpacaran dengan kutu buku dan digital.
Banda Aceh, 09 Oktober 2015
Mansari, SHI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H