SANTUN BERBAHASA DI MEDIA SOSIAL:Â
Kajian Linguistik Forensik
HUGO WARAMI[1]
 Universitas Papua -- Manokwari
Â
1. Pengantar
Â
Perkembangan teknologi dewasa ini telah mendorong banyak sekali orang-orang cerdas pada bangsa ini yang memanfaatkan media sosial (medsos) Â seperti Facebook, WA, Instagram, Twitters, Blog (Pribadi dan Perusahan) di bidang Informasi Teknologi (IT) yang dapat dimanfaatkan untuk berperang argumen atau opini, saling menyinggung melalui kata-kata hanya karena persoalan sepele, postingan sebuah status, bahkan sebuah foto dibalas dengan kata-kata yang seharusnya tidak pantas sehingga memicu polemik panjang karena seudah menjadi konsumsi pada ruang publik tanpa klarifikasi terebih dahulu.
Situasi ini menarik perhatian Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo mulai mengeluhkan hilangnya identitas, karakter, identitas dan nilai ke-Indonesian, seperti sopan santun, optimisme, kerja keras, saling menghormati serta nilai-nilai Islami. "Bapak-ibu, silakan melihat medsos kita, begitu nilai-nilai yang saya sampaikan tadi kelihatannya sudah mulai hilang. Dan kita belum bicara nilai-nilai kerja keras, optimisme, perjuangan," katanya.Â
Presiden mengungkapkan rasa kesedihannya terhadap perilaku anak bangsa yang sering tercermin dalam media sosial dan komentar berita online. "Baca komentar-komentar sedih kalau kita buka, saling hujat disitu, saling memaki-maki. Saya yakin bukan nilai-nilai kita, ada nilai-nilai yang tidak sadar masuk menginfiltrasi kita dan itulah yang akan menghilangkan karakter kita, identitas dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia," tuturnya.[2]
Media sosial memang berdampak baik dan buruk, padahal embrio perkembangan teknologi digunakan untuk memposting sesuatu yang informatif dan inovatif, aktual dan faktual. Media sosial merupakan dunia yang paling bebas menyampaikan pendapat, akan tetapi sebisa mungkin dalam menyampaikan pendapat tersebut dapat menggunkan bahasa yang santun dan tidak menyakiti perasaan orang lain, agar orang Indonesia tetap dijaga sebagai negara paling santun di dunia jangan sampai tercoreng-moreng.