Mohon tunggu...
Manotar Sihombing
Manotar Sihombing Mohon Tunggu... -

Widyaiswara P4TK BBL Medan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Kompetensi

21 Januari 2014   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KONSEP KOMPETENSI

Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UU SPN) No 20 Tahun 2003 pada Bab IX pasal 35, menetapkan delapan Standar Nasional Pendidikan yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, salah satu diantaranya adalah Kompetensi Lulusan.

Jauh sebelum pemerintah melalui departemen pendidikan menetapkan kebijakan Kurikulum berbasis kompetensi bagi sekolah SD,SLTP, dan SMA, bahkan Perguruan Tinggi, kurikulum SMK telah di desain bahkan telah dilaksanakan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Kurikulum SMK berpendekatan basis kompetensi telah dimulai sejak Tahun 1978 yang dikenal dengan Kurikulum 1978. Dalamperjalanannya selama kurun waktu tersebut tidak sedikit tantangan yang dihadapi oleh masyarakat sekolah dalam memahami, melaksanakan kurikulum tersebut secara konsisten dan bertanggung jawab. Masyarakat SMK hingga saat ini pun masih belum mampu mendudukkan/menerapkan konsep kurikulum berbasis kompetensi tersebut dengan tepat sesuai dengan tuntutan kompetensi itu sendiri. Kondisi ini disinyalir oleh keterbatasanpemahaman sekolah/guru dalam konsep kompetensi itu sendiri. (berdasarkan pengalaman penulis selama ± 20 tahun sebagai widyaiswara/dulu instruktur di PPPPTK BBL Medan)

Dalam beberapa tahun terakhir ini,’gerakan kompetensi’ dikalangan masyarakat gencar diperbincangkan terutama setelah diluncurkannya kebijakan pemerintah di bidang pendidikan melalui Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di sekolah. Dimana-mana bermunculan istilah-istilah dengan bendera kompetensi, misalnya kursus atau diklat berbasis kompetensi, buku berbasis kompetensi, dan masih banyak lagi istilah-istilah yang lain yang bermunculan.Kehadiran istilah-istilah inimemunculkan pertanyaan bahkan kebingungan, apa sebenarnya kompetensi itu ? Bagi sebagian masyarakat kompetensi dirartikan sebagai pergantian buku setiap semester bagi anak sekolah, karena sekolah menjual buku dengan alasan buku harus diganti karena sudah kurikulum berbasis kompetensi. Anehnya kebingungan terjadi bukan saja hanya dikalangan masyarakat luas namun dikalangan pendidik seperti guru misalnya juga ikut kebingungan.

Penerapan sistim berbasis kompetensi pada sektor pendidikan pada gilirannya diharapkan akan mampumendorong berkembangnya daya saing anak bangsa ini. Sayangnya pemahamanyang tepat mengenai kompetensi bagi sebagian pengelola pendidikanbelum dapat diharapkan mendorong penerapan kompetensi dengan tepat.

Apakah sebenarnya kompetensi itu ?

Di kebanyakan negara-negara Eropa – Jerman, Spanyol, Perancis, Inggris Raya dsb. Pada tahun –tahun lalu telah diadakan reform yang penting dalam bidang pendidikan kejuruan untuk mencocokkan kebutuhan pasar kerja dan sistim ketenagakerjaan.

Perubahan dalam struktur pasar, inovasi teknologi dan cara yang baru dalam mengelola pekerjaan, telah membutuhkan pengetahuan baru dan pengembangan dalam bidang-bidang kompetensi yang hingga kini merupakan bagian dari sistim pendidikan kejuruan. Selain itu sebagai akibat dari posisi professional dan kualifikasi yang lebih tinggi yang diperlukan untuk melakukannya, sistim pendidikan kejuruan harus disesuaikan.

Pada tingkat perusahaan, faktor-faktor ini mencakup transformasi teknologi dan perubahan pengorganisasiannya yang pesat mengakibatkan pola-pola kualifikasi profesional yang baru pula. Profil tenaga kerja ahli dalam pengertian baru sebagai hasilnya, yang oleh sebagian ahli didefinisikan sebagai regulator sistim yang bukan saja mencakup kompetensi kemahiran bekerja, melainkan juga kemampuan untuk berinisiatif sendiri dan mempengaruhi secara mandiri sifat dari pekerjaan yang termasuk tugas kerjanya.

Tendensi untuk mengembangkan Kualifikasi profesional yang baru berasal dari perlunyauntuk menunjang hal-hal berikut: team work, kemampuan untuk mengambil keputusan secara mandiri, komunikasi dalam kelompok, kesadaran akan mutu, kerjasama dalam kelompok secara multifungsional.

Jelaslah bahwa konsep kompetensi dipengaruhi oleh proses perubahan yang berkelanjutan. Kompetensi mengalami perubahan dan gagasan yang berbeda-beda yang dikembangkanpada waktu yang sama. Pembahasan di Eropa tentang hal ini telah mengidentifikasikan pelbagai pola dan pendekatan-pendekatan pendidikan kejuruan dengan berbasis kompetensi.

Pandangan yang berbeda-beda tentang kompetensi

  1. Fokus Fungsionalis

Fokus fungsionalis yang berasal dari Inggris Raya terutama membahas evolusi dari unujuk kerja sesuai dengan norma yang ada (analisis fungsional): Kompetensi berkenan dengan sekelompok keterampilan dan pengetahuan yang diterapkan untuk melakukan satuan tugas atau fungsi sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan oleh pekerjaan.

  1. Fokus Konstruktifis

Fokus Konstruktifis yang berasal dari Prancis, diawali dari kritik terhadap pedagogi berbasis pengetahuan teoritis secara scholastik tradisional, mendefinisikan keahlian profesional sebagai pengertian individual dan kolektif terhadap situasi produktif yang tergantung dari kompleksitas masalah yang mengakibatkan evolusinya.

  1. Fokus Holistik Intgratif

Di Jerman, pembahasan kompetensi bersangkut paut dengan definisi global tentang profesi yang lebih menekankan pada perbaikan proses training. Dual Sistem di Jerman memberikanpendidikan kejuruan awal untuk beberapa profesi kepada siswa. Pengertian tentang pendidikan kejuruan awal sebagai satu sistim dari jabatan-jabatan yang membimbing orang muda ke kualifikasi profesional yang global adalah dasar pemikiran dari fokus pendidikan kejurua holistik kompetensi dan bukan satu rangkaian kualifikasi bagian-bagian.

  1. Kompetensi Profesional

Menurut Definisi dari B. Bunk (1994), Seseorang mempunyai kompetensi profesional atau kemahiran untuk bekerja, jika orang tersebut mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaannya atau orang tersebut dapat melakukan tugasnya secara mandiri dan fleksibel dan bersedia dan mampu untuk melakukan perencanaan sebelumnya di tempat kerja atau di dalam struktur organisasi kerjanya.

  1. Satuan yang seragam dan dinamis

Dalam hal ini kompetensi dianggap sebagai satuan yang seragam dan dinamis. Keadaan kerja yang berlainan memerlukan mutu yang berlainan (pengetahuan, kemampuan, keterampilan) yang harus dikombinasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan sedemikian sehingga para pekerja dapat melakukan tugasnya secara efisien dan ini merupakan kegiatan profesionalnya.

Pendekatan yang rasional dan holistik ini merupakan dasar bagidefinisi-definisi berikut dari kompetensi:

a.Kompetensi Teknik

Kompetensi teknik merupakan perpaduan dari kemampuan kognitif dan keterampilan motorik yang diperlukan untuk suatu jabatan, seperti yang diatur dalam peraturan atau syarat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Ada dua aspek yang ditekankan; (1) aspek normatif – di Jerman didefinisikan dan divalidasikan oleh peraturan pendidikan kejuruan yang merupakan standar Pendidikan kejuruan- dan(2) Aspek tuntutan dari jabatan

b.Kompetensi Metodologis

Kompetensi metodologis adalah kemampuan untuk mencari informasi secara mandiri dan menguasai teknik belajar yang fundamental dan teknik tempat kerja, selain itu mengetahui bagaimana harus bereaksi terhadap keadaan di tempat kerja, menerapkan prosedur yang sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya.

Perubahan teknologi demikian lajunya sehingga kita tidak dapat mengharapkan bahwa seseorang yang telah dididik satu kali dalam satu bidang dapat melakukan tugasnya secara berkelanjutan tanpa batas. Pendidikan Kejuruan harus dilihat sebagai pendidikan berkelanjutan dan bukan sebagai pendidikan satu tahap pada kehidupan seseorang. Ini memerlukan kemampuan untuk memprakarsai-merencanakan, melakukan dan mengontrol tugas tugas-tugas secara mandiri- ditambah investasi pada pembaharuan pengetahuan yang berkelanjutan (adaptif), dengan demikian penting untuk mengembangkan strategi didaktis yang baru dan inovatif yang akan merupakan basis dari metode belajar yang baru.

c.Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan untuk bekerja sama dan berurusan dengan orang lain atas dasar perpaduan kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi. Penting untuk dijelaskan ditinjau dari sudut pandang pedagogis, kompetensi sosial bukanlah merupakan satu syarat normatif melainkan satu tuntutan yang berasal dari perubahan proses pengorganisasian dan pekerjaan.Kualifikasi kerja dalam kelompok pada pengembangan organisasi dalam perusahaan dan pendidikan kejuruan dipusatkan pada penegembangan kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi, dimana pola taylor digantikan dengan bentuk-bentuk cara kerja yang holistik.

d.Kompetensi individu

Kompetensi individu adalah kemampuan utuk meninjau kembali kegiatan sendiri, apa yang menjadi tujuan, pengetahuan, tanggung jawab dan minat dan rencana hidup pribadi. Kompetensi ini memegang peranan penting di perusahaan untuk dapat menjadikan seseorang mampu bertanggung jawab sendiri pada bagian-bagian masing-masing.

Kompetensi yang dibutuhkan

  1. Di Jerman

Tujuan utama pendidikan kejuruan yang berbasis kompetensi adalah mempersiapkan orang-orang untuk menjaditerampil melakukan pekerjaanya dengan memfokuskan pada bidang pertemuan keempat kompetensi sebagaimana dijelaskan di atas (kompetensi teknik, metodologis, sosial dan individu)-lihat diagram 1- Fokus ini berdasarkan pada pemikiran bahwa kompetensi itu bukan berarti memiliki sumber daya (keterampilan) tertentu, melainkan menerapkan kemampuan secara praktis.

(Diagram 1)

  1. Di Indonesia (SMK)

Kompetensi diartikan sebagai spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap –lihat diagram 2- yang dapat diterapkan dalam suatu pekerjaan tertentu sesuai standar pekerjaan yang disyaratkan pekerjaan tu sendiri. Kompetensi ini dijabarkan lebih luas lagi meliputi: (1)TaskSkill, (2) Task Management Skill, (3) Contygency Management Skill, dan (4) Job/Role Environment Skill.

(Diagram 2)

Referensi:

  • Bunk,G.P (1984). Teaching Competenscy In Initial Continuing Vocational In Federal Republik of Germany (CEDEPOP)
  • Tippelt, Rudolf  dan Amoros, Antonio (2003),  Pendidikan Kejuruan Berbasis Komptensi, Kumpulan Materi Seminar: Pembelajaran bagi Para Pembelajar, Terjemahan oleh Wenny Schmidt, Mannheim-Jerman: Internationalle Weiterbildung und Entwicklung (InWEnt) gGmbH.

Medan, Desember 2013

Penulis : Manotar Sihombing

Jabatan : widyaiswara Madya P4TK BBL Medan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun