Mohon tunggu...
Marni Jumarni
Marni Jumarni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maafkan Saya Mama

20 Mei 2015   20:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Irma adalah seorang gadis berusia 17 tahun, anak bungsu dari 4 bersaudara, Irma tinggal disebuah perkampungan yang sangat terpencil di soppeng,sejak bayi dia ditinggalkan oleh ibunya, dan menikah lagi, ketiga saudaranyapunikut dan tinggal bersama ibunya,Irmadibesarkan oleh ayahnya dan tantenya, yang tak lain adalah saudara ayahnya sendiri.

PadaSuatu hari Irma yang baru tiba dari sekolah, melihat teras rumahnya yang lagi ramai dengan kedatangan tamu.Irma pun heran tak biasanya suasana di rumah seramai itu, ditambah lagi tamu yang datang belum pernah ia kenal sebelumnya.

Irma tetap berjalan menuju rumahnya dan seolah tak mempedulikan siapa gerangantamu yang telah datang, sesampainya di teras Irma pun segera masuk kedalam rumah, tiba-tiba seorang gadis menghampirinya dan bertanya, kamu Irma yah ? dengannada pelan dan heran iapun menjawab yah, saya Irma,pada saat itu Irma semakin heran, karena melihat tamu yang tak ia kenalnya meneteskan air mata dan memeluknya, dan langsung mengatakan ikuta saya dik, mama dirumah lagi sakit.

Irma yang tak mengerti apa yang dia bicarakan orangyang telah memeluknya itu, segera melepas pelukan yang merangkul tubuhnya itu, dan segera menoleh kearah ayahnya yang sejak kedatanganya hanya diam dan termenung, seolah ayahnya memikirkan sesuatu. Ayah, ibu mana,…

( Ibu yang Irma maksud disni adalah tantenya yang telah merawatnya sejak bayi )

Ayahnya pun seolah tak mempedulikan Irma yang sedang memanggilnya, ayahnya hanya diam sambil menundukkan kepala , sesekalipun ayahnya menatap tamu yang sedang menangisyang ada didekatnya.

Pada saat itu tantenya muncul dari arah dalam rumah, dan membawa minuman untuk tamu tersebut dan tersenyummelihat bahwa Irma telah datang.

Irma yang mulai merasa jenuh dengan suasana diterastersebut,masuk kekamar mengganti pakaianya dan segera menuju keruang makan. Tiba-tiba ia mendengar suara tangisan dari arah terasrumah tadi, segera Irma berbalik arah dan mengintip keluar, ternyata suara tangisan tersebut adalah suara tamu yang telah memeluknya tadi.

Irma yang lagi laparpun tak mempedulikan itu dankembali ke ruang makan dan makan dengan lahapnya.

Setelah selesai makan, Irma pun menuju kedepan tv dan menyalakan tv, tiba-tiba ibu menghampirinya, dengan pelan, dan berkata, matikan tvnya, ayah dan kakakmu diluar menunggumu.

Irma yang pada saat itu belum mengerti apa-apa lalu bertanya, Ibu, siapa tamu-tamu itu, dan kenapa ayah tidak ingin bicara sama saya.

Ibunyapun tersenyum dan segera duduk didekat Irma, mereka adalah kakak-kakak kamu nak, mereka tinggal bersama mama kandung kamu, dan sekarang mereka datang untuk menjemput kamu.

Irma hanya diam dan berlari kekamarnya, dia baru tau, klo selama ini, orang yang telah dia anggap ibunya itu bukan ibu kandungnya. Irma menangis, shok mendengarkan kata-kata ibunya tadi.

Dari arah pintu, Irma, buka pintumu nak, ibu mau bicara, Irma pun tidak mempedulikan itu dan terus menangis. Tak henti-hentinyapun ibunya meminta Irma membuka pintunya, dengan menyapu air matanya Irma pun segera membuka pintunya.

Ibupun masuk dan memeluk Irma sambil tersenyum, maafkan ibu nak, ibu belum pernah ceritakan ini sebelumnya, ibu tidak mau kamu sedih, tapi apa boleh buat, sekarang sudah saatnya kamu tau, karena orang yang telah melahirkanmu sekarang lagi sakit dan selalu memanggil namamu. Irmapun menghela nafasnya lalu menjawab, ibuku Cuma satu, tidak akan pernah ada yang lain, mendengar ucapan Irma ibunya pun tak kuasa lagi menahan air matanya danberkata iya nak, aku memang selamanya akan jadi ibumu, tapi sayangnya kamu bukan hak ibu sepenuhnya, karena kamu terlahir dari rahim orang lain.

Irmapun menangis dipelukan ibunya tersebut, mendenagar tangisan tersebut ayahpun masuk dan menghampiri mereka, dengan menahan tangis, ayahpun berkata ikutlah kakakmu, nanti setelah mama kamu sembuh, baru ayah jemput kamu.

Irmapun menggeleng kepalanya, dan berkata saya tidak mau ayah, dia bukan mamaku, mamaku dan ibuku hanya satu sambil memeluk ibunya lagi. Ayah mengerti perasaanmu nak, tapi inilah kenyataanya.

Sambil ayahnya menangis dia berkata, Dia yang telah melahirkanmu,dulu dia meninggalkan ayah karena mendapatkan laki-laki yang sangat kaya, jelas dia lebih memilih orang itu dibanding ayah yang kerjanya Cuma disawah, pergilah nak, saat ini dia membutuhkanmu.

Irma lalu menjawab, untuk apa saya pergi ayah, dia tak membutuhkan saya, 17 tahun lamanya saya baru tau ini, kenapa disaat dia sakit baru membutuhkan saya, saya tidak mau pergi ayah.

Tanpa mereka sadari tamu yang yang tadinya diluar ternyata mendengarkan perbincangan mereka, lalu berkata, dialah yang telah melahirkan kita dik, janganlah kamu jadi anak durhaka…

Irma yang masih belum bisa menerima kenyataan itupun menjawab, saya tidak durhaka, karena saya tidak pernah mengenal dia, kalau memang benar dia yang melahirkan saya, berarti dialah yang durhaka terhadap saya, jangan paksa saya, karena saya tidak akan pernah ikut kalian.

Lama kemudian tak satupun yang mampu membujuk Irma untuk ikut. Dengan kecewa kakanya pun kembali menemui mamanya.

Suatu hari ketika Irma telah dewasa,Irma tertidur sendiri didalam kamarnya, dia bermimpi,bertemu dengan seorang ibu, yang tengah menagis, sambil berkata, anak durhaka, anak durhaka, anak durhaka.

Tiba-tiba Irma terbangun, dan teringat akan kejadian beberapa tahun lalu, sewaktu kakanya datang untuk menjemputnya. Irma kemudian menangis, dan mengeluarkan kata-kata secara pelan, Tuhan, berdosakah saya, membenci orang yang telah melahirkanku ? Tuhan bagaimana caranya saya menyayanginya, jika kasih sayangnya sekalipun tidak pernah saya rasakan ? Tuhan ajarkanlah saya menyayanginya, saya takut dosa, jika ternyata saya adalah anak yang durhaka ? saya tidak mau menjadi penyebap menetesnya air mata seorang ibu seperti mimpiku tadi….

Irma kemudian menghapus air matanya dan menghampiriayahnya, dan berkata, ayah apakah memang orang yang telah melahirkan saya, tidak menyayangi saya, hingga saya yang masih bayi dengan bgitu teganya dia tinggalkan? ayahnya hanya berkata, tidak ada seorang ibupun yang tidak menyayangi anaknya nak. Jangan salahkan mama kamu, salahkan ayah yang ditakdirkan menjadi orang miskin, dan ditinggalkan oleh ibumu,hingga kamulah yang menjadi korbanya.

Irmapun membantah jawaban ayahnya,Berarti orang itu lebih menyayangi harta dibanding anaknyasendiri ??

Tidak nak, bagaimanapun dia, dia tetap ibumu, kapanpun kamu siap, datangilah dia, dan mintalah maaf nya, surgamuditelapak kakinya dia nak.

Irma pun menangis lagi, dan berkata dalam hati, betapa kuatnya kamu bersabar ayah…

Irma kemudian berkata, baiklah ayah, saya akan menemuinya, tapi bukan atas kemauanku, tapi karena perintahmu. Dan saya akan menemuinya dan menyampaikan bahwa ayahlah yang menyuruhku menemuinya, agar dia bisa menyesal, meninggalkan laki-laki sebaik ayah.

Ayahnya hanya diam, paling tidak Irma bisa menemui ibunya yang telah lama sakit.

Keesokan harinya, pagi-pagi Irma bersiap menempuh perjalan jauh menuju rumah tempat tinggal mamanya, dia ditemani oleh tantenya yang juga dia panggilnya sebagai ibu.

Beberapa jam kemudian Irma telah sampai dan segera mengetuk pintu…

Irma, Assalamu alaikum…

Kakaknya keluar dari dalam rumah, waalaikum salam…

Tanpa sepatah katapun, kakanya langsung memeluk Irma dan menangis, kamu terlambat dik, mama sudah pergi, seminggu yang lalu, kata kakanya…

Irma yang belum sempat melihat bagaimana wajah ibunya itupun ikut menangis, terkadang ada rasa penyesalan didalam hatinya.

Kaknya kemudian berkata, ada titipan untuk kamu dik, mama meninggalkanya khusus untuk kamu,, sambil memegang tangan Irma, kakanya berjalan menuju kekamar almarhumah ibunya, kakaknya kemuadian membuka lemari dan mengambil selembar amplop dan diberikanya kepada Irma.

Irma kemudian membuka amplop tersebut dan mendapatkan 2 lembar foto dan selembar surat.

Foto tersebut adalah foto Irma waktu bayi sebelum ia ditinggalkan, dan selembarnya lagi foto ibunya yang tengah menggendong dan mencium Irma sebelum ia ditinggalkan dulu.

Irmapun menangis sambil mencium foto tersebut, lanjut Irma membaca surat peninggalan ibunya..

Irma,,..

Terimakasih kamu masih ingat sama mama nak…

Irma…

Kamu tidak pernah melihat wajah mama nak…

Ada foto yang mama simpan untukmu.

Irma…

Kamu tidak pernah merasakan kasih sayang mama, kusimpankan foto agar kamu melihat bahwa mama juga menyayangimu nak…

Foto itu menjadi obat dikala mama merindukan kamu, mama tidak menemuimu selama ini, bukan berarti mama tidak menyayangimu, tapi karena mama malu bertemu dengan ayahmu, dari semua dosa, kesalahan, dan penyesalan yangmembuat mama tidak mampu menemui kamu…

Irma beberapa tahun lalu, kakakmu datang untuk menjemputmu, tapi kamu tidak datang, mama mengerti, mungkin karena kamu sangat membenci mama…

Irma…

Jangan benci mama naak…

Mama sayang kamu, mama menyesal naak…

Irma, sampaikan salam permohonan maafku terhadap ayahmu,,

Irma, kamu sekolah yang rajin yah nak, jadilah orang yang sukses, dan bahagiakan ayahmu nak…

Rajin sholat yaah, jadilah anak berbakti terhadap ayahmu, dan orang yang telah mengasuhmu hingga dewasa….

Mama akan tenang disini, disaat kamu telah membaca surat ini…

Irma, mama sayang kamu naak…..

Selesailah sudah irma membaca surat tersebut, irma menangis memegang surat beserta foto yang ditinggalkan ibunya….

Irma memeluk kakanya dan berkata, maafkan saya kak, dulu saya keras kepala dan tidak mau mendengarkan kata-kata kakak….

Kakanya hanya tersenyum, sudahlah dik, hilangkan kebencianmu terhadap mama, sekarang kita sebagai anak-anaknya cukup mendoakanya saja.

Mereka kemudian menuju kemakam ibunya dan mendoakanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun