Tak Ada lagi yang menyahut
berdehum pun enggan
kau waktu!
penentu segalanya, tidakkah kau bersikap manis barang sebentar?
menariknya  paksa dari rangkulan hangat ini
pahit,.
kehangatan itu benar-benar tak menjalar kemana-mana,
sungguh pahit,
Tak lama dia kugenggam, Tak lama dia kutatap,
kini kau merebutnya lagi
sajak-sajak manis kulontar, menghibur diri kala hati dirundung pilu
bertatih-tatih jemariku menggores lembaran putih yang kian kusam sejak kau dirampas..
bukan! kau bukanlah sesuatu
permatapun tak dapat mengalahkanmu
fajar tiba
itulah sekilas kisah sang bayangan
hati menjerit, kapan kaukan lekas ku rangkul? lekas ku tatap?
sebatas bayangan, namun ku memandangmu gunung
bukan bayangan hampa cibiran setiap bibir,,
sejenak hangat kurasakan, pula sejenak dingin dan membeku dibalik hangatnya itu
apakah itu?
indah bukan main,
sesekali kuingin menggenggamu lama ditemani jingga yang menyala
dibaliknya pohon yang nyaris menghalangi pandangku,,
entahlah,
jingga kian menyala rupanya bukan tentang bayangan dan pohon pohon itu,
lagi  si gunung dambaan ku..
biarlah angin malam menepuk nepuk bahuku, berbisik tentang dinginnya malam - malam nanti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H