Mohon tunggu...
Manji Lala
Manji Lala Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Penggiat gizi yang lagi belajar Nulis, Lahir di Kab. Maros dan berdomisili di Kota Makassar. Celotehan saya juga bisa anda nikmati di http://manjilala.info

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Stunting ! So, What !

12 Januari 2012   19:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:58 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13264031861839646812

[caption id="attachment_163427" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Kemarin sore, salah seorang teman mengirimkan sebuah tautan ke wall FB saya, sebuah hasil reportase yang di buat oleh tim Kompas.Com pada rubrik Kesehatan, reportase tersebut berjudul : Sepertiga anak indonesia pendek. Mungkin jika orang awam membaca judul tersebut, paling tidak mereka akan berujar So. What !. atau mungkin ada yang berpikiran, "...berarti sepertiga anak Indonesia tidak bisa jadi Polisi, Tentara, Pilot, dll.....". Saudaraku, bagi anda yang merespon dengan ungkapan So, What, sangat bisa dimaklumi. Mengapa?, karena selama ini pemerintah kita hanya fokus menanggulangi anak balita yang mengalami kekurangan berat badan, coba anda lihat kegiatan di Posyandu, semua anak yang berkunjung hanya diukur Berat Badannya, sedangkan tinggi/panjang badan tidak pernah atau jarang diukur. Jadi, wajar jika muncul respon seperti ini (So, What !), dan Kartu Menuju Sehat (KMS) pun hanya mencantumkan berat badan, tinggi badan belum diakomodir. Saudaraku, pendek dalam ilmu gizi dikenal dengan istilah Stunting atau kondisi dimana tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya. Kondisi ini dialami oleh anak balita yang sejak awal tidak mendapatkan asupan gizi yang optimal. Yang dimaksud dengan sejak awal ialah 1000 hari pertama kehidupan anak (mulai masih dalam kandungan, sampai anak berusia 2 tahun). Sejak masih dalam kandungan, anak tidak mendaptkan asupan gizi yang optimal dari ibunya, karena ibunya sendiri mengalami kekurangan gizi. Setelah lahir si anak tidak mendapatkan ASI dan langsung diperkenalkan dengan Susu Formula karena ketidaktahuan ibu, kurangnya dukungan dari lingkungannya serta "mungkin" bujuk rayu oknum petugas kesehatan yang membantu persalinanya (baca disini). Kondisi inilah yang berkontribusi besar dalam menciptakan anak-anak pendek di Indonesia. Lalu bagaimana dengan faktor keturunan, katanya jika orang tuanya pendek, juga akan menghasilkan anak yang pendek. Saudaraku, ketahuilah bahwa faktor keturunan hanya berkontribusi sekitar 10%, bahkan beberapa literatur menyebutkan hanya 3%, selebihnya ditentukan oleh asupan gizi yang optimal pada tahap-tahap awal (1000 hari pertama kehidupan anak), lingkungan yang sehat serta pemeriksaan kesehatan secara rutin. Apa yang terjadi jika banyak anak Indonesia yang Pendek? Karena asupan gizi yang tidak optimal sejak awal, sementara proses pembentukan otak di proses pada periode tersebut, maka bisa dipastikan proses pembentukan jaringan otak tidak akan sempurna dan pada saat usia sekolah kemampuan otak si anak tidak mampu bersaing dengan kawan-kawan mereka yang mendapatkan asupan gizi yang optimal sejak awal. Saya tidak mengatakan bahwa orang-orang yang pendek tidak bisa diajak berfikir cerdas, heheheheh........., tapi jika saja status gizinya baik, maka kecerdasannya akan melibihi kecerdasan yang ia miliki sekarang. Apa yang harus dilakukan?

  1. Jika anda memiliki keluarga, entah itu istri, tante, tetangga atau siapa saja orang terdekat anda, maka pastikan ia mendapatkan asupan makanan yang bergizi, untuk menjamin anak yang dikandungnya juga mendapatkan suplai gizi yang baik.
  2. Setalah anak lahir beri ASI saja tanpa makanan/minuman sampai ia berusia 6 (enam) bulan, Ingat... anak hanya boleh diberi makanan apapun bentuknya setelah ia berusia 6 (enam) bulan.
  3. Setelah usia 6 (enam) bulan perkenalkan makanan yang bergizi (baca di sini)
  4. Ciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, bagi anda yang merokok, sebaiknya HENTIKAN merokok sejak istri anda atau keluarga anda yang hidup satu atap dengan anda sampai anak mencapai usia paling tidak 2 (dua) tahun, lebih baik lagi  jika bisa BERHENTI seterusnya, hehehe......
  5. Rutin memeriksakan kesehatan anak serta menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak setiap bulan

Saudaraku, semoga uraian yang panjang ini bermanfaat, Salam Gizi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun