Pemilihan presiden masih 2 tahun lagi, akan tetapi sudah banyak spekulasi di luar sana tentang siapa yang layak dan tidak layak menjadi calon Presiden. Mulai dari issu militer versus non militer, Jawa versus non Jawa, berkasus versus “bersih”, dinasti versus non dinasti, dan lain-lain.
Masih segardiingatan ini (baca disini) ketika Andi Mallarangeng mengatakan kata-kata yang kontroversi di Makassar saat kampanye Presiden 2009 lalu, ia mengatakan “bahwa saat ini belum saatnya orang Bugis menjadi pemimpin nasional” dan akhirnya ungkapan AM ketika itu benar adanya, Pak JK gagal menjadi Presiden dan perolehan suara Pa' JK di kantong-kantong suara beliau tidak maksimal.
Dua tahun menjelang pemilihan presiden, kembali muncul issu rasis yang kontraproduktif, dan issu yang paling kuat beredar adalah issu Jawa dan Militer, sebagaimana dilansir oleh sebuah survey dan media baru-baru ini.
Entah ada skenario apa di balik ini sehingga beberapa pengamat dan survey mengarah ke issu ini dan kalau issu ini terus menerus diopinikan dan media juga turut meperbincangakan dalam acara prime time mereka, maka bukan tidak mungkin akan terbentuk opini di masyarakat bahwa Indonesia hanya boleh dipimpin oleh Jawa dan Militer. Meskipun tidak bisa dibantah bahwa sebagian besar pemilih terkonsentrasi di Pulau jawa, akan tetapi kalau mewacanakan calon presiden berdasarkan suku sangat tidak sehat bagi kehidupan berbangsa, dan kalau sudah demikian, maka buat apa kita ber-Indonesia?, Entahlah !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H