Mohon tunggu...
khalijah nur
khalijah nur Mohon Tunggu... operator -

Seorang mahasiswi s1 fakultas ekonomi ,jurusan MANAJEMEN di UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN ,kota MEDAN, SUMATARA UTARA. mereka bisa kenapa saya tidak. sama2 cipataan ALLAH SWT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rasa Ewuh Pakewuh

18 Agustus 2018   12:03 Diperbarui: 18 Agustus 2018   12:34 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ewuh Pakewuh merupakan sungkan dalam batas-batas norma yang  akan meningkatkan tali silahturami dalam suatu lingkungan, kumpulan atau organisasi. Budaya demikian merupakan cerminan budaya timur  yang sangat menghargai orang lain dan tanpa bermaksud menjatuhkan apalagi mempermalukan orang lain yang juga didasarkan pada sistem kekerabatan yang erat.

Ewuh Pakewuh sebuah budaya yang kasat mata namun sudah melekat-erat dikehidupan masyarakat Indonesia terutama pada masyarakat jawa. Terhubung dengan budaya Jawa, hal yang mendasari melakukan ewuh pakewuh pada masyarakat Jawa adalah etika. 

Dalam hal etika erat hubuungannya dengan sebuah jalinan hubungan dari orang-orang tertentu. Hubungan tadi bisa apa saja bisa, baik sebagai teman, saudara, tetangga, serta mungkin hanya kenalan. Hal-hal tadi adalah hal yang menjadi dasar dari perilaku ewuh pakewuh. 

Maka seseorang yang memiliki rasa ewuh pakewuh sangatlah mempunyai perasaan yang lembut yang sangat pengertian pada sesama kekerabatnya bah ke orang yang baru di kenal. dan rasa ewuh pakewuh pun menimbulkan dampak negatif seperti :

  1.  ketika tetangga atau pun suadara yang hajatan ,diundang mau tidak diundang ia akan tetap datang dan harus menyumbang (membawa uang sumbangan). jika ia tidak datang maka ia merasa bersalah dan menjadi sanksi sosial seperti menjadi tidak enak dan menjadi omongan atau di gosipin tetangganya karena tidak datang dan tidak menyumbang.
  2. seperti perkumpulan organisasi dimana ia harus bisa mengikuti meskipun ia tidak mengerti agar menghargai tetangga yang mengajaknya artinya ia tidak mau orang lain terlihat kecawa meskipun ia tidak dapat melakukannya. 

Menurut saya, rasa ewuh pakewuh haruslah seimbang dengan keadaan diri kita tanpa harus mengatakan iya di depan namun di belakang mengatakan tidak  agar tidak merugikan diri sendiri dan diri orang lain. Dan di imbangi dengan sikap  jujur pada hati sendiri dan ucapan yang di sampaikan kepada orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun