Awal tahun 2025 diwarnai dengan dua isu besar yang menjadi sorotan publik: kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% dan munculnya gerakan sosial "No Buy Challenge 2025". Kenaikan PPN, yang berlaku mulai 1 Januari, telah memicu reaksi beragam di kalangan masyarakat. Banyak netizen mengungkapkan kekhawatiran bahwa beban ekonomi akan semakin meningkat, terutama bagi kelas menengah dan masyarakat rentan. Di sisi lain, gerakan "No Buy Challenge" muncul sebagai respons kreatif terhadap ketidakpastian ekonomi dan kebijakan pajak baru ini.Kenaikan PPN menjadi trending topic di media sosial, dengan banyak warganet mengungkapkan keluh kesah mereka. Meskipun pemerintah menegaskan bahwa kenaikan ini hanya berlaku untuk barang dan jasa mewah, banyak yang skeptis dan mempertanyakan dampak riilnya terhadap harga barang sehari-hari. Komentar-komentar seperti "harga semua udah keburu ikut naik" mencerminkan kekhawatiran masyarakat akan inflasi yang lebih tinggi dan daya beli yang semakin tergerus.Di tengah ketidakpastian ini, kampanye "No Buy Challenge" menjadi alternatif menarik bagi masyarakat untuk merespons situasi ekonomi yang sulit. Dengan tagar #NoBuyChallenge yang viral di media sosial, banyak orang berkomitmen untuk tidak membeli barang-barang tidak perlu selama setahun penuh. Ini bukan hanya sekadar tantangan untuk berhemat, tetapi juga merupakan pernyataan sikap terhadap budaya konsumtif yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari.Gerakan ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari pentingnya pengelolaan keuangan pribadi dan dampak dari perilaku konsumtif terhadap lingkungan. Dalam konteks ini, "No Buy Challenge" dapat dilihat sebagai bentuk protes terhadap kebijakan ekonomi yang dianggap memberatkan rakyat. Ini juga mencerminkan kesadaran kolektif untuk hidup lebih minimalis dan berkelanjutan.Namun, tantangan ini juga menimbulkan pertanyaan: apakah gerakan ini akan bertahan lama atau hanya menjadi tren sesaat? Beberapa ahli sosiologi berpendapat bahwa meskipun kampanye ini mungkin populer di kalangan kelas menengah, dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan masih perlu diteliti lebih lanjut. Apakah tindakan individu untuk tidak membeli barang-barang tertentu dapat mempengaruhi industri dan ekonomi secara luas?Sebagai penutup, tahun 2025 dimulai dengan tantangan dan harapan baru. Kenaikan PPN dan gerakan "No Buy Challenge" adalah dua sisi dari koin yang sama---sebuah refleksi dari kondisi sosial-ekonomi yang kompleks. Masyarakat perlu terus beradaptasi dengan perubahan ini sambil tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah. Dengan mengedepankan kesadaran akan hak-hak konsumen dan perlunya pengelolaan keuangan yang bijaksana, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H