Mohon tunggu...
Manik Sukoco
Manik Sukoco Mohon Tunggu... Akademisi -

Proud to be Indonesian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Penemuan Sebuah Benua Baru yang Bernama Mauritia

4 Februari 2017   19:38 Diperbarui: 17 Februari 2017   19:32 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika tadinya kita mengenal ada enam benua: Asia, Afrika, Amerika, Antartika, Eropa, dan Australia, maka siap-siap saja jika jumlah tersebut akan bertambah satu. 

Seperti diberitakan oleh Majalah TimeScience (03/02/2017), sebuah kepulauan bernama Mauritius yang terkenal karena keindahan pantai dan dan pegunungannya, ternyata menyimpan bukti-bukti dari keberadaan benua yang hilang (the lost continent) selama dua ratus juta tahun yang lalu dan diberi nama Mauritia.

Dulunya benua ini menghubungkan antara Madagaskar dan India. 

Kristal yang keluar dari erupsi gunung berapi di kepulauan Mauritius ternyata berusia lebih tua dari kepulauan itu sendiri. Pulau Mauritus diperkirakan berusia 8,9 juta tahun sedangkan batuan yang ditemukan oleh peneliti disana, berusia minimal 660 juta tahun, bahkan sebagian diantaranya berusia sekitar tiga miliar tahun. 

Penelitian ini awalnya digagas oleh geologis Lewis Ashwal dari University of Witwatersrand di Johannesburg pada tahun 2013. Dalam sebuah paper yang diterbitkan oleh Nature Communications, disebutkan bahwa Lewis akan menyelidiki umur dari tiga belas keping batuan berjenis zircon dan meneliti kemungkinan ditemukannya benua baru di daerah ini. Zircon sendiri merupakan bebatuan alam yang memiliki warna unik yaitu: kuning, merah, abu-abu, biru, dan hijau. Usia yang diteliti cukup memberikan bukti bahwa bebatuan itu tidak berasal dari bawah laut. Namun kritik bermunculan, menyebut bahwa zircon bisa saja berasal dari mana saja karena ditemukannya di lepas pantai terbuka Samudera Hindia. 

Namun, penelitian terbaru yang meneliti kristal yang keluar dari erupsi di kepulauan Mauritius memang benar mengindikasikan perbedaan lapisan batuan di Kepulauan itu. Lapisan batuan yang lebih muda merupakan lapisan batuan yang terbentuk di lautan. Sementara lapisan batuan yang lebih tua berasal dari lempeng yang terletak jauh di dasar Kepulauan Mauritius, yaitu di bawah Samudera Hindia.

Para peneliti yang menemukan fakta ini menduga, bahwa dulu pernah ada sebuah daratan sebesar benua yang dinamakan Mauritia. Bahkan, saking besarnya, diperkirakan ukuran benua ini sebesar Samudera Hindia yang memisahkan India dan Afrika. Hilangnya benua ini sendiri diduga karena adanya kolom magma yang mengisi kerak bumi. Hal ini menyebabkan Mauritius menyembul ke atas permukaan dan menenggelamkan Mauritia yang mulai tertutup oleh air. 

Sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, Bjørn Jamtveit dari Universitas Oslo akan melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah benar-benar ada bekas daratan di bawah Samudera Hindia. Jika benar terdapat daratan di bawah Kepulauan Mauritius, maka dipastikan akan diadakan perubahan terhadap jumlah Benua sebagaimana yang kita ketahui saat ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun