Beberapa tahun yang lalu, mengunjungi kota-kota besar merupakan hal yang menyusahkan. Banyak sekali terjadi penipuan dan tindak kriminal di tempat-tempat umum seperti terminal maupun stasiun. Bepergian bukan menjadi sesuatu yang mudah dan aman, apalagi bepergian di kota besar seperti Jakarta. Traveling seperti menjadi hal yang sedikit mengerikan. Bagi pendatang yang bukan penduduk asli Jakarta, kita harus tersesat sepanjang jalan, untuk akhirnya bisa sampai pada alamat tujuan. Selain berpotensi tersesat, ada resiko kita ditipu atau dirampok ketika bertemu dan meminta petunjuk arah pada orang yang tidak kita kenal. Menggunakan transportasi umum, juga tidaklah semudah yang kita pikirkan. Banyak nomor-nomor bis atau rute jalan yang belum kita ketahui. Bis-bis tersebut, kondisinya kadang sudah tidak baik, kadang kotor dan baunya menyengat, kadang juga rawan pencopet.
Perlahan namun pasti, ada perbaikan sarana transportasi di beberapa kota besar di Indonesia. Pada tahun 2004 mulailah ada TransJakarta. Sistem transportasi ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia. Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas ibukota yang sangat padat. Transjakarta merupakan sistem Bus Rapid Transit (BRT) dengan jalur lintasan terpanjang di dunia (208 km), serta memiliki 228 stasiun BRT (sebelumnya disebut halte) yang tersebar dalam 12 koridor (jalur), yang awalnya beroperasi dari 05.00 - 22.00, dan kini beroperasi 24 jam di sebagian koridornya. Keberhasilan pembangungan bus rapid transit ini di Jakarta, lalu diikuti oleh kota-kota besar yang lain seperti Bogor, Surakarta, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Palembang, Padang, Makassar, Lampung, dan Denpasar. Bis trans ini rencananya juga akan dikembangkan di Medan dan Surabaya.
Perkembangan transportasi juga diikuti dengan perkembangan teknologi. Perkembangan  teknologi informasi dengan infrastruktur  yang serba modern, telah menjadikan berbagai macam informasi dengan mudah dapat diperoleh. Lebih hebatnya, layanan yang disediakan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, dapat diakses oleh siapa saja, tanpa terhalang jarak dan waktu. Jika tadinya teknologi hanya digunakan untuk berkomunikasi, saat ini berbagai transaksi keuangan maupun penyediaan barang dan jasa, sudah dapat dilakukan secara online.
Perpaduan antara perkembangan teknologi dan transportasi lalu mendorong berkembangnya bisnis transportasi online seperti Gojek. Walau sebenarnya perusahaan ini telah dirintis sejak tahun 2010, namun Gojek lalu berkembang pesat pada tahun 2015 ketika memanfaatkan aplikasi Android dan iOS untuk mendukung pemasaran jasa angkutan mereka.
Selain Gojek, perusahaan transportasi yang mulai mendapatkan tempat di hati konsumen Indonesia adalah Grab. Grab (sebelumnya dikenal sebagai GrabTaxi) adalah sebuah perusahaan asal Singapura yang melayani aplikasi penyediaan transportasi secara online di enam negara, yaitu: Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Filipina. Grab memiliki visi untuk merevolusi industri pertaksian, sehingga dapat memberikan keamanan serta kenyamanan bagi pengguna kendaraan seantero Asia Tenggara.
Saat ini Grab telah beroperasi di tujuh kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Padang, Medan, dan Makassar. Aplikasi pemesanan kendaraan berbasis digital Grab membukukan kinerja yang sangat baik di Indonesia.Â
Sepanjang tahun lalu, jumlah pengguna Grab tumbuh 600 persen.Â
Hal ini disampaikan oleh Managing Director Grab untuk Indonesia Ridzki Kramadibrata usai acara peluncuran program 'Grab 4 Indonesia', di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (2/2).
Ia mengklaim, Grab telah membagikan pendapatan sebesar US$ 260 pada mitra pengemudinya di Indonesia. Secara umum, mitra pengemudi Grab disebut mendapat 40-70 persen lebih besar ketimbang pendapatan sopir atau kurir biasa. Peningkatan pertumbuhan kinerja ini ditopang oleh operasional Grab di 7 kota di Indonesia. Untuk terus meningkatkan kinerja dan memberikan manfaat dengan membuka lapangan pekerjaan, Grab berencana untuk membuka jaringan di kota besar lainnya di tahun-tahun mendatang.
Grab juga memunculkan inovasi program Grab Reward yang berkaitan dengan loyalitas pengemudi dan juga fitur Grab Chat, dimana terdapat layanan berkirim pesan (chatting) antara pengguna dengan pengemudi. Untuk memberikan dampak yang lebih luas untuk masyarakat Indonesa, perusahaan penyedia aplikasi pemesanan kendaraan berbasis digital Grab, menyatakan komitmennya menggelontorkan dana sebesar US$ 700 juta atau sekitar Rp 9,3 triliun, untuk investasi di Indonesia.Â
Dana tersebut akan diinvestasikan dalam tiga sektor, secara bertahap dalam jangka waktu empat tahun ke depan. Investasi tersebut merupakan bagian dari rencana induk (master plan) Grab 2020 yang bertajuk "Grab 4 Indonesia".Â
Pertama, Grab akan membangun pusat studi dan pembangunan (Research and Development/R&D Center) di Indonesia. Fasilitas ini dibangun guna mengembangkan inovasi yang dikhususkan dalam sektor transportasi dan ekonomi digital ini. Rencananya, Grab akan merekrut 150 engineer lokal dalam dua tahun ke depan. Kedua, Grab juga akan berinvestasi dalam technopreneurship untuk kepentingan sosial. Grab akan menyiapkan dana sekitar US$ 100 juta untuk mendanai perusahaan-perusahaan perintis (startup) dan technopreneur yang berfokus pada peningkatan inklusi keuangan di seluruh kota dan lapisan masyarakat. Ketiga, Grab juga akan terus mengembangkan layanan mobile miliknya, untuk meningkatkan akses masyarakat Indonesia terhadap peluang pembiayaan di sektor digital. Grab akan memperluas solusi pembayaran mobile dengan terus mengembangkan layanan GrabPay Credits, opsi pembayaran nontunai, kemitraan dengan Bank Mandiri melalui e-cash, dan terus mengembangkan platform pembayaran e-money dengan Lippo Group dan Nobu Bank. Selain itu, Grab juga akan memberikan lebih banyak akses kesempatan pembiayaan untuk membeli dan memiliki ponsel cerdas (smartphone), serta kendaraan bermotor kepada para mitra pengemudinya. Ini dilakukan untuk mendorong mitra pengemudi untuk membangun kesejahteraannya secara berkelanjutan sebagai pelaku usaha mikro.
Masuknya platform digital seperti Grab, bisa meningkatkan inklusi keuangan dengan program yang ditawarkan. Kemudian bisa mengintegrasikan seluruh sektor yang sedang digenjot pemerintah seperti transportasi dan pariwisata. Kemajuan bisnis transportasi online seperti Grab harus kita dukung perkembangannya. Aplikasi semacam ini telah membantu Indonesia, khususnya dalam kontribusinya untuk kemajuan suatu kota atau destinasi wisata. Perkembangan potensi suatu kota dan objek wisata hanya akan memungkinkan dengan dukungan sektor transportasi dan akomodasi. Harapannya, di tahun-tahun mendatang bisnis transportasi semakin berkembang, sehingga memberikan akses pada daerah-daerah pinggiran, dan nantinya dapat memberikan kontribusi secara positif untuk memajukan roda perekonomian bangsa.