Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai jenis pertanian. Potensi pertanian yang sangat luas merupakan suatu kelebihan yang juga harus dimanfaatkan dengan sangat baik. Memiliki berbagai jenis hasil pertanian terkadang juga mengharuskan masyarakat dapat mengolah dan memanfaatkan dengan baik. Dengan begitu tentunya banyak masyarakat yang juga mengolah berbagai hasil pertanian sebelum didistribusikan kepada konsumen.
Dari sekian banyak industri yang berkembang ada pula industri yang dikembangkan secara perorangan ataupun kelompok kecil. Ada pula industri yang disebut home industry. Home industri, industri rumahan atau industri rumah tangga adalah suatu unit usaha yang tidak berbentuk badan hukum dan dilaksanakan oleh seseorang atau beberapa orang anggota rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja sebanyak empat orang atau kurang, dengan kegiatan mengubah bahan dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi yang lebih tinggi nilainya dengan tujuan untuk dijual atau ditukar dengan barang lain dan ada satu orang anggota keluarga yang menanggung resiko (Suratiyah, 1991).
Selanjutnya, untuk memulai suatu usaha tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu salah satunya aspek lokasi dimana tentunya lokasi sangat menentukan berjalannya suatu usaha. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (Spatial Order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Tujuan dari mempelajari teori lokasi adalah melihat kedekatan atau jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi yang berdekatan (berjauhan) tersebut (Tarigan, 2005, (A) :122).
Teori yang saya akan bahas yaitu teori lokasi Alfred Weber yang pertama diungkapkan pada tahun 1929. Dalam teorinya Weber mengungkapkan bahwa industri dikelompokkan menjadi dua jenis industri berdasarkan kecenderungan lokasi industri. Yang pertama yaitu berdasarkan kedekatannya atau keterjangkauannya dengan bahan baku. Sedangkan yang kedua berdasarkan lokasi yang berdekatan dengan pasar. Hal ini dapat terjadi karena pertimbangan biaya produksi dan hasil yang diberikan dimana jika hasil produksi lebih ringan maka lokasi industri dapat direncanakan lebih dekat dengan bahan baku. Sebaliknya, jika hasil dari produksinya lebih berat dari bahan bakunya maka dapat direncanakan lokasi industri dekat dengan pasar.
Untuk home industri gula merah yang ada di Desa Kalirejo, Kabat, Banyuwangi, yang merupakan industri rumahan, pemilik industri ini memilih untuk mendekat pada bahan baku yang mana pada desa tersebut terdapat kebun kelapa sehingga bahan baku tebih mudah didapat. Hal ini dapat sangat menguntungkan bagi pemilik usaha karena mudahnya dalam mendapatkan bahan baku. Selain itu, industri ini merupakan industri gula merah yang mana merupakan salah satu bahan untuk memasak, sehingga pasar yang didapat juga lebih mudah, terlebih industri ini berada di desa. Untuk pemasarannya sendiri, pemilik usaha memasarkan gula merah pada toko kelontong disekitarnya dan juga beberapa toko lain yang sudah menjadi langganan.
