Nama : Gede Mnaik Listu Pradnyana
Nim   : 2214021011
prodi  : Pendidikan Sejarah
Nilai moral yang terkandung dalam sejarah
Nah sebelum ke nilai moral saya sedikit menjelaskan arti sejarah, dari kata sejarah sudah tidak asing lagi setiap mendengarkan arti  sejarah,  pasti  langsung mengarah ke masa lalu nah oleh karena itu saya sedikit mendefinsikan arti sejarah.nah sejarah adalah peristiwa atau kejadian masa lalu yang di pelajari atau di selidiki untuk menjadi acuan serta pedoman kehidupan masa mendatang.sementara itu ,dalam menyusun catatan sejarah, di perlukan beberapa hal,seperti  makalah pemerintah, buku harian , surat, prasasti, biografi , dan lainnya. Untuk sejarah kuno, sumber sejarah biasanya menggunakan daftar raja, perang , dan peristiwa penting seperti  pembangunan kuil dan bencana alam. Nah itu saja pengertian dari saya.
Nah dari pengertian sejarah tersebut sejarah mengandung beberapa moral ,yaitu:
Rela berkorban, nah di dalam sejarah rela berkorban adalah salah satu contoh moral sejarah. Membicaakan kepahlawanan, ternyata di zaman sekerang mengandung yang lebih luas.kepahlawanan berhubungan dengan pengorbanan mulai dari yang kecil hingga yang besar. Pengorbanan dapat di wujudkan dalam bentuk materi atau benda atau perbuatan. Pengorbanan dapat di tunjukan untuk siapa saja dan di lakukan di mana saja. Tentunya pengorbanan yang di magsud di sini adalah pengorbanan yang di dasari oleh sikap tanpa Pamrih atau imbalan.dapat di simpulkan dan di artikan sebagai semangat untuk berkorban dan mengabdi pada keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.kepahlawanan tidaklah selalu di artikan sebagai bentuk pengorbanan yang harus berjuang samapai titik darah penghabisan seperti perjuangan pada zaman merebut kemerdekaan Negara republik Indonesia. Kepahlawanan pada zaman sekarang atau zaman setelah kemerdekaan dapat di wujudkan dengan dengan melakukan suatu perbuatan atau sikap yang di tunjukan untuk mengisi kemerdekaan. Karena iti, kamu tidak perlu merasa ngeri lagi atau takut terlebih dahulu untuk bersikap dan berjiwa seperti seorang patriot. Sebagai generasi penerus bangsa, kamu adalah harapan untuk mewarisi jiwa rela berkorban atau kepahlawanan. Nampaknya mudah untuk mewarisi jiwa rela berkorban. Namun, ternyata tidak semua orang pula dapat memiliki jiwa rela berkorban. Jiwa rela berkorban tidak muncul dengan sendirinya. Jiwa rela berkorban muncul tatkala seseorang menanggapi suatu permasalahan di lingkungannya. Dikatakan demikian, karena di dalam situasi seperti itu biasanya terjadi pertentangan. Pertentangan yang terus berlanjut akan menjadi suatu kegelisahan. Nah, apabila kegelisahan tersebut tidak sesuai dengan idealisme seseorang, makaJiwa Patriotismememunculkan sikap atau perbuatan. Sikap atau perbuatan yang dimaksud di sini tentunya yang bersifat positif atau baik. Jadi, idealisme Inilah yang menunjukkan jati diri seseorang sebenarnya.Untuk mengetahui seseorang memiliki atau tidaknya jiwa rela berkorban memang sulit dilihat. Jiwa rela berkorban tidak cukup diukur atau dinilai secara teori saja. Bahkan, melalui sikap atau perbuatan seseorang masih dapat dikatakan belum cukup untuk menilainya. Jiwa rela berkorban tidak dapat dipaksakan kepada seseorang. Jiwa rela berkorban muncul dari hati nurani seseorang dalam memahami maknanya.Sebenarnya, rela berkorban berkaitan erat dengan nasionalisme. Karena itu, untuk dapat mewarisi jiwa rela berkorban, kamu juga harus mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi. Kamu harus menanamkan rasa nasionalisme atau rasa kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Tidaklah sulit untuk melakukannya, di antaranya mengenal hari-hari besar nasional serta menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dengan penuh semangat dan memahami makna syairnya.
 Perjuangan,  nah dalam sejarah perjuangan termasuk ke moral juga, di sini saya akan sedikit mencontohkan nilai moral tersebut. Saya mengambil contoh dari perjuangan Jenderal Sudirman Dalam mempertahankan Indonesia 1945 -- 1950. Peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah titik batas akhir perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setiap bangsa yang merdeka tentunya terus berjuang untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan, karena kemerdekaan yang diproklamasikan merupakan manifestasi politik dari kesiapan rakyat Indonesia untuk selangkah lebih maju melewati proses penyempurnaan kemerdekaan Proklamasi yang kemerdekaan arti dari sesungguhnya. Indonesia merupakan titik awal untuk bersama- sama merasa sebagai satu bangsa dengan satu bahasa satu wilayah yang sama untuk membangun bangsa Indonesia. Sejak dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat, pada tanggal 5 Oktober 1945, Soekarno telah menunjuk Soeprijadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat. Soedirman kemudian membuktikan, beliau pantas menjadi "Panglima di antara Panglima". Di Ambarawa, dengan pasukan yang praktis compang-camping, ia menghalau serdadu Belanda dan Sekutu yang merupakan tentara dengan persenjataan lengkap. Karena ia dipilih, bukan diangkat, Soedirman menjunjung kewajiban moral untuk membuktikan kepada pemiliknya bahwa mereka tidak keliru. Adanya "mandat", Soedirman melangkah dan mengambil berbagai keputusan yang dikemudian hari menimbulkan perbantahan Ketika Revolusi kemerdekaan Indonesia meletus, Soedirman yang sedang berada di Jawa Barat bergegas untuk pulang ke Banyumas. Di daerah ini Soedirman mengambil langkah-langkah untuk menyusun organisasi Badan Keamanan Rakyat (BKR). Badan yang telah diumumkan pendiriannya oleh pemerintah tanggal 22 Agustus 1945 ini terdiri dari beberapa himpunan para alumni militer pada zaman Jepang, antara lain Peta, Heiho, Seinendan, Keibodan, Kaigun,dan Keisatsutal (Polisi). Pada tanggal 5 Oktober 1945, Soedirman menggabungkan satuan- satuaan BKR di Banyumas menjadi satuan-satuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Semua anggota TKR yang berada di Banyumas tersebut kemudian ditetapkan menjadi Divisi V Banyumas. Soedirman menjadi panglimanya dengan pangkat kolonel  Saat Soedirman dalam keadaan sakit dan dalam perawatan di rumahnya di Bintaran, Yogyakarta, situasi politik nasional semakin memanas. Pada bulan November 1948, hubungan antara Indonesia dengan Belanda semakin memburuk. Serangkaian usaha diplomasi Soedirman menjunjung kewajiban moral untuk membuktikan kepada pemiliknya bahwa mereka tidak keliru. Adanya "mandat", Soedirman melangkah dan mengambil berbagai keputusan yang dikemudian hari menimbulkan perbantahan Ketika Revolusi kemerdekaan Indonesia meletus, Soedirman yang sedang berada di Jawa Barat bergegas untuk pulang ke Banyumas. Di daerah ini Soedirman mengambil langkah-langkah untuk menyusun organisasi Badan Keamanan Rakyat (BKR). Badan yang telah diumumkan pendiriannya oleh pemerintah tanggal 22 Agustus 1945 ini terdiri dari beberapa himpunan para alumni militer pada zaman Jepang, antara lain Peta, Heiho, Seinendan, Keibodan, Kaigun,dan Keisatsutal (Polisi). Pada tanggal 5 Oktober 1945, Soedirman menggabungkan satuan- satuaan BKR di Banyumas menjadi satuan-satuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Semua anggota TKR yang berada di Banyumas tersebut kemudian ditetapkan menjadi Divisi V Banyumas. Soedirman menjadi panglimanya dengan pangkat kolonel Saat Soedirman dalam keadaan sakit dan dalam perawatan di rumahnya di Bintaran, Yogyakarta, situasi politik nasional semakin memanas. Pada bulan November 1948, hubungan antara Indonesia dengan Belanda semakin memburuk. Serangkaian usaha diplomasi berjalan tersendat-sendat. Belanda terus berusaha meningkatkan kekuatan bersenjatanya. Menghadapi perkembangan yang semakin memburuk itu, sekalipun dalam keadan sakit, Soedirman tetap melakukan koordinasi dengan para komandan agar semua kekuatan bersenjata selalu bersiaga (Sardiman, 2000: 195).Pasukan Indonesia mendapat tugas dari Soedirman untuk menguasai jalan besar yang menghubungkan Ambarawa dan Semarang. Pada pukul 16.00 telah ada laporan bahwa mereka telah ada laporan bahwa mereka telah berhasil menguasai sasarannya. Setelah menerima laporan tersebut, Soedirman memerintahkan agar jalan besar yang telah dikuasai itu dipertahankan. Serangan umum yang dilancarkan pasukan TKR merupakan suatu gerakan pendobrak. Pasukan pemukul bergerak dari Barat ke arah Timur menuju Semarang. Sedangkan pasukan-pasukan yang bergerak dari arah samping kanan dan kiri merupakan suatu gerakan Supit Udang yang kedua ujungnya bertemu di_bagian luar kota Ambarawa.Palagan Ambarawa telah memberikan dua makna besar dalam perjuangan bersenjata bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Adapun yang pertama adalah lahirnya seorang pemimpin militer sejati, yaitu Soedirman. Kedua adalah terbuktinya kepeloporan infantri. Oleh karena itu tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai hari Infantri. Palagan Ambarawa merupakan kebangsaan bagi Korps Infantri yang dikenal dengan Thee Queen of Battlefield (Rudini, 1992: 448).Demikian pengorbanan dan perjuangan seorang Panglima Besar Jenderal Soedirman yang tetap berjuang di_tengah-tengah anak buahnya dengan kondisi paru-paru yang tinggal sebelah ketimbang harus tinggal di_kota untuk berobat demi mempertahankan NKRI. Untuk mengenang dan menghargai jasa Jenderal Soedirman, pemerintah memberikan penghargaan tertinggi berupa gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 20 Mei 1970. Menjelang memperingati hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-52, pemerintah Republik Indonesia menganugerahi pangkat kehormatan Jenderal Besar TNI atau Jenderal Bintang Lima kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44/ABRI/1997.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H