Mohon tunggu...
Manihot Ultissima
Manihot Ultissima Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pasukan semut yang suka bergotong royong

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemerintahan Baru Dalam Dilema Kenaikan Harga BBM

25 Agustus 2014   18:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:36 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14089404042041589685

By. Manihot Ultissima ( MU )

Pemilu Presiden untuk memilih Presiden Republik Indonesia ke-7 tahun 2014 telah usai, KPU sebagai pelaksana Pilpres telah menetapkan hasilnya, yakni pasangan nomor urut 2 Joko Widodo Jusuf Kalla (Jkw-Jk) sebagai pemenangnya, dan dikuatkan denganamar putusan Mahkamah Konstitusi yang menolak semua gugatan pasangan Capres Cawapres nomor urut 1 Prabowo Subijanto Hatta Radjasa (PS HR).

Tidak ada lagi peluang untuk menolak kemenangan pasangan Jkw Jk, yang tersisa didepan bangsa ini seluruhnya sekarang terbagi dalam dua arus besar sikap, yaitu mereka yang mendukung dan mereka yang menunggu.

Yang mendukung tentu saja akan selalu berupaya untuk mengamankan, mengawal sekaligus siap menyanggah habis-habisan setiap kebijakan -apapun itu- yang dikeluarkan oleh pemerintahan era Jokowi JK dari setiap upaya penggagalan, penolakan dan kritik dari kubu yang satunya, dan mereka yang menunggu bisa jadi berharap-harap cemas dengan sepak terjang dan kebijakan pemerintahan, apakah akan menepati janji-janji kampanye mereka berdua ataukah meleset dan jauh dari harapan rakyat sehingga perlu segera di ingatkan, dikritik bahkan bila perlu dilengserkan ditengah jalan.

Perdebatan tentang pro kontra seperti ini di dunia maya bahkan tidak menyisakan sama sekali ruang untuk mereka yang mencoba netral, karena pada saat diskusi dan perdebatan dimulai, mau ataupun tidak, sikap kita diharuskan berada pada posisi yangjelas, netral bisa dianggap menunggu atau bisa juga dianggap mendukung.

Bulan Oktober tinggal menyisakan satu bulan penuh didepan bangsa kita. Insyaallah jika tidak ada aral melintang, pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wapres RI ke-7 akan dilaksanakan, tentu saja era baru yang digadang-gadang jutaan pemilih di negeri ini pun diharapkan akan terwujud ditangan pasangan ini, jorgon Indonesia Hebat sepertinya akan menjadi sebuah bentuk harapan baru bagi bangsa ini, didalam jorgon ini pulalah sukses atau tidaknya kepemimpinan Jokowi JK akan dipertaruhkan.

Hampir 71 juta pemilih telah menyumbangkan suaranya untuk kemenangan Pasangan Jokowi JK, arti besarnya adalah minimal terdapat 71 juta pasang mata yang telah menaruh kepercayaan penuh tentang kemajuan dan kesejahteraan masa depan bangsanya ditangan Jokowi dan JK, sisa suara 62 juta lebih pasang mata diperkirakan akan memlototi kinerja Beliau berdua sambil terus mengkritisi setiap kebijakannya.

Tentu saja ini berkah sekaligus ancaman jika dilihat secara politik. Perbedaan selisih hanya 9 juta suara dalam khazanah perpolitikan Indonesia dengan jumlah penduduk hampir 275 juta manusia tidaklah membuat pemenang harus nyaman dengan semua perilakunya, apalagi koalisi besar Merah putih di Parlemen notabene memiliki kursi jauh lebih banyak dibandingkan kursi pendukung pemerintahan, para ahli politik berpendapat, amat tidak mudahlah kelak bagi Jokowi JK untuk mengambil kebijakan sesuai dengan kehendak dan pola politik mereka sendiri.

Perlu lobi-lobi yang cerdas dan brilyant agar kebijakan yang diambil kelak mendapat stempelanggota dewan terutama dari kalangan mereka yang “memlototi” kebijakan dan kinerja kedua pasangan Pemimpin ini.

Angka selisih perbedaan ini juga dinilai sangat riskan bagi Presiden Wapres terpilih manakala dihadapkan pada berjibunnya persoalan pelik masalah besar bangsa ini, salah satunya adalah Subsidi BBM.

situasi di salah satu SPBU milik PT Pertamina

dok. Antaranews.com

Harga BBM dipasaran yang disubsidi Pemerintah dibesaran 260 Trilyun per tahun amat sangat memberatkan APBN kita. Setiap tahun momok bernama kenaikan harga BBM seringkali menurunkan tingkat popularitas dan elektabilitas para presiden terdahulu, dari mulai Almarhum Soeharto, Almarhum Gus Dur, Megawati dan yang terakhir adalah SBY presiden ke-6.

Disadari atau tidak, dipaksa ataupun tidak, diharuskan ataupun tidak, pada akhirnya BBM, alias (Buju Buneng Mumet) memang akan dinaikan dan disesuaikan dengan harga keekonomiannya, yaitu harga yang dipergunakan untuk memproduksi seliter bensin yang senilai 10.500 atau solaryang seharaga 11.200 per liternya. ( menurut kementerian ESDM tahun 2014)

Awal pemerintahan Jokowi JK di bulan Oktober, Nopember sampai Pebruari 2015 adalah bulan-bulan kurusial bagi tingkat kepercayaan popularitas beliau berdua, akankah kenaikan harga BBM alias penghapusan subsidi BBM akan menjadi batu ujian pertama ataukah justru akan menjadi kuburan bagi sebuah ekspekstasi besar rakyat terhadap presiden pilihannya, agaknya babak ini akan sangat menarik untuk kita tunggu dan cermati.

Sumber :

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Putusan&id=1&kat=1

http://infosolarindustri.wordpress.com/2014/06/16/harga-keekonomian-bbm-solar-industrihsd-pertamina-tanggal-15-juni-2014/

http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/07/22/20574751/ini.hasil.resmi.rekapitulasi.suara.pilpres.2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun