Mohon tunggu...
Manihot Ultissima
Manihot Ultissima Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pasukan semut yang suka bergotong royong

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Leuweung Hejo Rahayat Ngejo" (Hutan Hijau Rakyat Bisa Makan)

11 Februari 2016   11:11 Diperbarui: 11 Februari 2016   11:22 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Manihot Ultissima (MU)

[caption caption="ditengah rimbunnya tajuk kopi"][ditengah rimbunnya tajuk kopi, Doc Pri.]


Ungkapan masyarakat disekitar gunung papandayan "Leuweung Hejo Rakyat Ngejo" ( Hutan Hijau Masyarakat bisa Makan) pas untuk menggambarkan kondisi kebun kopi milik Ade ini.

Tajuk kopi yang hijau rimbun diatas hamparan lahan konsesi Perhutani KPH Garut blok Gunung Jaya seluas 2 Ha sungguh amat sedap dipandang mata.

Gerombolan buah kopi yang bergelayut diatas dahan yang menjuntai hingga ke lantai tanah sungguh mempesona, ditambah suasana naungan pohon kayu rimba seperti puspa, kihiang, salam, campaka, kayu putih dan lainnya yang terlihat begitu rindang, membuat udara yang dihirup terasa lembut di paru-paru.

Menurut empunya lahan, setiap musim panen tiba, dia bisa memperkerjakan paling sedikit 10 orang buruh harian untuk memanen buah kopi, dan itu bisa berlangsung selama 6 bulan penuh.

Itu artinya secara matematis ada 10 orang buruh selama 6 bulan penuh bisa memiliki penghasilan harian 25 ribu plus makan plus kopi dengan waktu kerja dari mulai jam 8 pagi sampai jam 12 siang, dan setelah selesai kerja para buruh itu masih punya kesempatan mencari makan ternak atau mencari sambilan lainnya. lumayan bukan ?.

Jika merunut kebelakang, sebenarnya kebun kopi-kebun kopi yang seperti ini seharusnya bukan hanya milik Pak Ade seorang, melainkan umum menjadi milik para penggarap lahan di wilayah Perhutani KPH Garut di Gunung Papandayan.

Program GNRHL/GERHAN alias Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), dan program-program pemerintah sejenis lainnya sudah banyak yang diujicobakan ditengah-tengah masyarakat penggarap hutan milik Perhutani, namun sayangnya pola pikir, persepsi dan kultur masyarakat setempat dalam memandang fungsi hutan masih menjadi batu karang penghambat suksesnya gerakan-gerakan tersebut.

[caption caption="Kebun kopi milik Pak Ade diatas lahan konsesi Perhutani KPH Garut"]

Pola pertanian tradisional warga masyarakat Cisurupan kebanyakan yang masih menganggap pertanian sayur mayur sebagai sumber penghasilan utama yang menjadi penopang hidup selama ini, menjadikan sistem pertanian dari tanaman perkebunan dan kayu-kayuan selalu terpinggirkan.

Padahal, zaman selalu bergeser, tatanan dan hidup manusia setiap saat selalu dinamis berubah, jika dulu orang selalu menghindari hutan akibat persepsi yang salah, maka kini, manusia, terutama penduduk perkotaan begitu kecanduan dengan suasana perkampungan, suasana hutan dan rindangnya pohon-pohonan.

Tengok saja mislanya di daerah Puncak Bogor, setiap weekend, jalanan macet cet total, atau kalau di Bandung kawasan Lembang hingga Gunung Tangkuban Parahu, akhir minggu adalah siksaan bagi para pengendara kendaraan pribadi akibat lagi-lgi.. Si Komo Lewat....

Acara Outbond keluarga, Ekowisata, Agrowisata, sekarang menjadi trend ditengah masyarakat, Hutan, Perkebunan, Sawah, dan lokasi-lokasi sejenisnya seringkali diserbu wasyarakat untuk sekedar memuaskan rasa dahaga mereka terhadap suasana pedesaan, udara bersih, senyap dan asri sekaligus melupakan rutinitas harian mereka dibawah naungan atap beton dan plastik yang menjemukan.

Sepeda Gunung, Crossroad, Offroad, Hiking, Camping dan sekomplotannya adalah kegiatan yang tengah digandrungi anak-anak muda zaman sekarang, dan itu semuanya berbasis alam, lingkungan dan penataan hutan.

Hutan Lindung kawasan Pondok Saldah dipuncak Papandayan hanya sekedar contoh kecilnya, betapa pada akhir minggu atau hari-hari libur, warna hijau pekat daun suwagi tiba-tiba saja berubah menjadi pelangi akibat tenda para pendaki yang berjejer bak pasar malam.

Andai saja kebun-kebun kopi semacam milik Pak Ade di kawasan Gunung Jaya ini bisa dipadupadankan juga dengan kegiatan Agrowisata, dan agrobisnis sekaligus, maka sungguh tak terbayang multi efectnya ditengah masyarakat pengelola hutan Perhutani yang selama ini hidupnya selalu berkutat dengan Pupuk Urea, ZA, NPK dan sejenisnya.

Sektor Pertanian akan tetap jalan dengan format yang akan berbeda jauh, sektor kerajinan dan seni kriya para pemuda akan semakin berkembang, sektor kuliner khas Papandayan akan muali tumbuh, sektor perdagangan dan angkutan juga akan tergarap maksimal, inshaallah, keuntungannya ???, silahkan dihitung sendiri, udah gede ini.. !

Ungkapan Leuweung Hejo Rahayat Ngejo ditangan Pak Ade sang Pemilik lahan kebun kopi sepertinya bukan sekedar pepesan kosong, apalagi jika beliau dengan bimbingan para pelaku pengembangan wisata berhasil meningkatkan sumber penghasilannya dari hijaunya kebun kopi miliknya plus penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata lokal, maka ungkapan itu sudah seharusnya menjadi kata-kata sakti bertuah yang wajib dilaksanakan untuk seluruh Petani penggarap terutama di wialayah Gunung Papandayan yang eksotis ini.

Kedepan, di perempatan alun-alun Cisurupan, akan ada baliho besar yang tulisannya berbunyi :
“Selamat datang di kawasan Agrowisata Papandayan “
“Mari Budayakan Leuweung Hejo Rahayat Ngejo !!”

Papandayan, 11 Februari 2015
Bari siduru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun