Mohon tunggu...
Manihot Ultissima
Manihot Ultissima Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pasukan semut yang suka bergotong royong

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bumi Gonjang-ganjing, Sebulan Menjelang Pertarungan Pilpres

4 Juni 2014   18:11 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

By. Manihot Ultissima (MU)

Pemilihan Presiden RI ke-7 tinggal beberapa saat lagi digelar, janur kuning sudah mulai di gantung didepan alamat masing masing kandidat Capres yang akan berlaga, tenda-tenda didirikan, juru masak ahli juga sudah mulai sibuk menyiapka menu-menu perhelatan.

Para ahli kecantikan kedua pasangan dengan di iringi para dayang-dayang, berusaha semampunya untuk memoles semenarik mungkin jagoannya masing-masing. Riasan yang sederhana sampai yang yang kelihatan norakpun dicoba dipakaikan, siapa tahu semakin norak dandanan para kandidat, semakin menarik pemilik suara datang ke undangan dan memilih mereka.

Juru oar alias para kuli tinta dan para pokrol bamboo direkrut masuk kedalam bagian pertandingan, menjadi tim sukses para kandidat yang kelihatan semakin bertambah Pe De memenangkan hati pemilih.

Mulailah keramaian itu mewabah ke semua media, dari mulai media layar gelas, layar kaca, layar perak, sampai layar mini bahkan hingga ke layar lebar. Kedua-dua Timses Pasangan saling klaim, saling bermain kata, memelihara dan menghembuskan issu issu baik yang baru segar maupun yang kadaluarsa dan berbau menjijikan, diumbar dan di pertontonkan kekhalayak ramai, tak perduli pemirsanya adalah anak-anak, dewasa, kakek maupun nenek, dilibas dengan penampakan, dengan uka-uka berbentuk jargon dan kata-kata.

Para kuli tinta bayaran di baiat maju ke medan laga, berbekal setumpuk fitnahan, berlembar-lembar hasil analisa, berbuku-buku pedoman saling menjatuhkan, perang kata-kata menjadi diksi yang sangat kontradiksi, maka  tata karma dan agama-pun dilabrak dan digunakan untuk pembenaran, seakan-akan pasangan yang didukungnya paling alim, paling Jujur, paling cantik, paling menarik, paling berani, paling loyal, paling nasionalis, yang lain… entahlah nomor keberapanya.

Para pemilik media, tak mau ketinggalan, koran-koran, tabloid, majalah  dan Televisi kebanjiran pesanan. Iklan, Artikel, tulisan-tulisan, Sinetron dan semacamnya melanda setiap sudut pandang mata, kemanapun pandangan diarahkan yang nampak menyita adalah pasangan Capres, yang memang cuma dua pasang.

Perduaan, pertigaan dan Perempatan jalan, sebentar lagi pasti diserbu dengan wabah kedua, yaitu Banner, Poster, Spanduk dan sebangsanya, pohon-pohon, batu, tembok, lampu merah, hingga ke pekuburan dijamin tidak akan luput dari pemasangan foto diri kedua pasangan Capres, tentu saja dengan slogan mereka masing masing yang berisi rayuan maut.

Sebagai bagian dari keriuhan ini, Rakyat Indonesia adalah pusat objeknya, dan tentu saja dalam kondisi seperti itu, semua diharapkan tetap memelihara akal sehat dan penilaian yang masuk logika, kedua pasangan berikut gerbong besar Tim Sukses yang mungkin berasal dari negeri antah berantah akan mati-matian berusaha menyilaukan pandangan mata, sampai kita semua lupa, lalu tergoda dan menentukan pilihan hanya karena suka dan tidak suka.

Janganlah karena perbedaan cara pandang menjadikan kita- sesame anak bangsa- saling benci, saling maki memaki, saling jatuh menjatuhkan, saling serang, saling fitna, saling hina. Biarkanlah bumi gonjang-ganjing yang penting kita tidak terpancing, untuk meruncing oleh mereka yang sengaja memancing, agar seperti kucing yang saling piting saling banting.

Keriuhan 5 tahunan ini belum mencapai titik kulminasinya, semoga saja di puncak acaranya kelak, mata hati dan nalar rakyat Indonesia akan tetap terbuka, sehingga yang terhebatlah dan yang tercerdaslah yang kelak akan menjadi Pengantin di Gedung kura-kura, seraya tetap mengikrarkan diri sebagai tumbal bagi kemajuan bangsa dan Negara, bukan kepentingan para pemilik modal, dan penjual harga diri.

Papandayan, 4 Juni 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun