Mohon tunggu...
Manihar Nadeak
Manihar Nadeak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Smile

Semangat literasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Komunikasi Konseling sebagai Pendekatan Individual dalam Peningkatan Iman Jemaat

5 November 2021   19:53 Diperbarui: 6 November 2021   12:57 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

Era globalisasi abad ini membuat tantangan-tantangan pastoral gereja menjadi semakin kompleks dan saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya bagi hamba Tuhan (Pastor atau gebala, penginjil, diaken, konselor dan hamba Tuhan lainnya) .pesatnya perkembangan teknologi menjadikan persoalan jemaat berada di antara persoalan kemajuan era globalisasi, ekonomi, budaya, politik, keamanan sosial dan sebagainya. 

Tidak heran apabila berbagai strategi penggembalaan yang dilakukan terhadap persoalan jemaat berubah-ubah dengan pesat( dari zaman gereja mula-mula hingga kini) dan selalu ada hal-hal kontemporer yang perlu dirumuskan sesuai konteksnya. Tentu saja para gembala sidang di setiap gereja berusaha bekerja untuk mempertahankan jemaatnya. 

Dengan demikian, para gembala sidang bahkan para akademisi mencoba membuat strategi untuk menjadikan jemaat yang berkomitmen beribadah dan melayani di gerejanya masing-masing. Ada  yang mencoba mengklaim bahwa " pastoral konseling" merupakan pelayanan utama  dalam tugas penggembalaan gereja. Berkaitan hal itu, ada seorang penulis mengatakan:

"Tidak diragukan lagi manfaat dan dampaknya bila (pastoral konseling) tetap konsisten dijalankan di tengah-tengah pergumulan gereja, masyarakat dan bangsa yang sedanag "sakit" ini. kalau boleh dibilang, mungkin terlalu banyak " domba-domba" termasuk "gembalanya" juga yang luka di jaman sekarang ini, yang membutuhkan " pembalutan dan pemulihan atas luka lukanya." ( Guntaro:2013).

Ada juga yang menganalisis bahwa " jemaat tidak berkomitmen untuk tetap beribadah pada gereja di mana ia menjadi anggota" karena gereja bersangkutan belum mampu menjawab kebutuhan mereka. Mereka berpikir dan mendapatkan bukti bahwa ada gereja lain yang tidak mampu menjawab kebutuhan mereka, maka perlahan-lahan mereka akan pindah keanggotaan gerejanya. 

Menghadapi masalah tersebut sangat dibutuhkan bantuan berupa konseling demi meningkatnya iman jemaat. Dengan adanya strategi yang tepat maka akan menjadikan apa yang menjadi tujuan lebih mudah untuk tercapai. Tulisan ini bertujuan menjelaskan mengenai starategi komunikasi pastoral sebagai pendekatan individual dalam peningkatan iman jemaat.

ISI

STRATEGI KOMUNIKASI

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu konseling, dan dapat juga diartikan sebagai suatu proses pembinaan informasi antara dua orang manusia atau lebih dengan menggunakan simbol-simbol bersama. Komunikasi akan lebih efektif apabila tercapai saling pemahaman, yaitu pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh penerima. 

Proses komunikasi konseling ini akan berjalan dengan lancar ketika seorang konselor dalam hal ini yaitu pastoral dan jemaat saling membuka diri, untuk mewujudkan agar komunikasi menjadi efektif. Membuka diri merupkan tindakan dengan menunjukkan diri sendiri sehingga membuat oleh orang lain jadi mengenal diri sendiri. Untuk mencapai hasil yang efektif dalam strategi komunikasi antar konselor dan jemaat dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut seperti, memberikan salam, sapaan yang sopan, mengamati dan menyimak dengan penuh perhatian, menerima dan memahami ungkapan curhatan jemaat, memberikan dukungan terhadap ungkapan tertentu.

DASAR KOMUNIKASI PAULUS

Kerinduan dan semangat rasul Paulus dalam pemberitaan Injil Kristus menjadikan dia penginjil yang sukses pada zamannya. Semua ini dilakukannya tentu ada hal yang melatarbelakanginya. Dalam semua suratnya kita bisa mengambil banyak hal yang mendasari rasul Paulus mau memberitakan Injil dengan sepenuh hati. Tetapi pada kesempatan ini penulis hanya mencantumkan beberapa hal saja.

1. Mengutamakan Tuhan Dalam Pelayanan

Paulus dengan tegas meyatakan keyakinannya terhadap panggilan Allah dan apa yang ia kerjakan (Gal. 1:1). Paulus sadar bahwa sejak dalam kandungan ia sudah dipilih Allah untuk memberitakan Injil keselamatan di antara orang non-Yahudi, seklaipun hal tersebut baru ia sadari beberapa puluh tahun kemudian (Gal. 1:15-18). Setelah bertemu dengan Tuhan secara ajaib dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus mengalami perubahan total ddalam pandangan hidup, minat, dan cita-citanya. 

Paulus sangat mengasihi Tuhan dan mau melakukan apa saja untuk menyenangkan hati Tuhan. Karena kasihnya kepada Tuhan, maka secara otomatis palayanannya dikerjakan senantiasa dengan sepenuh hati. Ia tidak asal-asalan bekerja, ia berusaha memanfaatkan setiap detik yang ia miliki dengan efisien. 

Paulus juga tidak hanya berbicara, namun ia juga mempraktikkan apa yang ia katakan. Ketika Paulus mendapat penglihatan untuk melayani di Makedonia, ia tidak menunda-nunda (Kis. 16:9-12). Ia segera berlayar ke kota pertama di bagian Makedonia, yaitu Filipi dan memenangkan Lidia, penjual kain ungu dan seluruh anggota keluarganya, juga kepala penjara Filipi dan keluarganya. Mereka inilah cikal bakal jemaat di Eropa yang pertama.

2.  Menjaga Integritas Pribadi

Paulus adalah seorang pemimpin yang sangat menghargai integritas pribadi dan menjaga nama baiknya. Rupanya ia amat memahami prinsip yang didasarkan pada Kitab Amsal dan Pengkhotbah ini, "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar (Ams.  22:1), Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal (Pkh. 7:1)." Ketika menasihati Timotius dalam menyeleksi calon-calon pemimpin gereja, Paulus mengatakan, "Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat iblis (I Tim. 3:7)."

 David Hocking memberikan komentar tentang ayat ini, "Para pemimpin rohani harus memiliki suatu kesaksian dan gaya hidup yang konsisten di antara orang-orang yang tidak percaya maupun mereka yang percaya." Paulus menjaga integritas pribadinya melalui beberapa sikap atau tindakan yang konsisten, antara lain dengan menjadi teladan (II Tes. 3:7-9). 

Paulus mempraktikkan apa yang ia ajarkan untuk memberi teladan bagi jemaat. Disamping itu, Paulus juga senantiasa menjaga kesucian (II Kor. 7:1), menghindari celaan, tidak cari untuk sendiri. Bagi Paulus integritas pribadi atau nama baik jauh lebih penting, karena pelayannya ia lakukan bukan untuk kepentingan egonya sendiri, namun supaya ia tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain dan tugas pemberitaan Injil tidak terkendala.

3.  Menjaga Kemurnian Ajarannya

Dalam suratnya Paulus berulangkali menegaskan untuk tetap bertahan pada ajarannya, yaitu bahwa "manusia diselamatkan karena kasih karunia Allah oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, bukan karena melakukan hukum taurat". Ketika mendengar jemaat di Galatia telah mengikuti Injil yang lain dari yang ia ajarkan, Paulus dengan sangat keras menegur mereka (Gal. 1:6-8). Paulus tampak sangat gusar terhadap orang-orang yang memutarbalikkan berita Injil. Untuk menekankan betapa seriusnya penyesatan dan penyimpangan tersebut, ia sampai dua kali mengatakan, "Terkutuklah orang yang memberitakan Injil yang berbeda dengan yang telah kami beritakan!"

Untuk mencegah hal itu Paulus berusaha memberikan pengajaran yang kuat setelah misi penginjilannya. Ia berusaha mengunjungi lagi orang-orang yang pernah ia injili untuk memberikan follow-up. Dan ia biasanya tinggal cukup lama di suatu daerah untuk membekali mereka dengan pangajaran yang kuat. Selain itu, melalui surat-surat kiriman, Paulus memberikan dasar-dasar pengajaran yang kuat, diikuti dengan penerapan praktis. Semua itu dilakukan Paulus supaya jemaat kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang sesat, maka ia mempertahankan kemurnian ajarannya.

IMPLIKASI KOMUNIKASI PAULUS

Proses komunikasi yang dilakukan rasul Paulus memberi inspirasi cemerlang bagi orang Kristen saat ini. Bagaimana tidak, dari kerja keras yang ia tunjukkan dengan proses komunikasi yang sangat baik menjadikan dia menjadi penginjil yang hebat. Pengalaman dari hamba Tuhan semacam ini perlu kita pelajari dan tidak ada salahnya apabila kita menarik pelajaran untuk kita terapkan dalam hidup dan pelayanan. Penulis berusaha untuk menyimpulkan implikasi yang dapat diterapkan baik bagi seorang penginjil atau hamba Tuhan maupun bagi jemaat.

KESIMPULAN

Proses komunikasi misi Paulus memang sangat memperhatikan sekali prinsip-prinsip berkomunikasinya. Sebagai seorang rasul, Paulus tidak sembarangan memberitakan Injil, ini menunjukkan bahwa dia memang mengasihi Kristus. Metode kontekstual yang ia terapkan sangat efisien, baik dalam berkomunikasi antar pribadi, komunikasi dengan massa bahkan komunikasi lintas budaya, semuanya berhasil dengan baik. Meskipun Paulus harus mengalami banyak pengalaman yang pahit, tetapi karena kesetiaannya ia tetap dalam naungan Allah.

Hal lain yang menjadi ciri khas Paulus dan yang memang harus dimiliki orang Kristen adalah bahwa dalam pelayanannya Paulus tetap mengutamakan Tuhan dalam segala hal yang ia lakukan. Selain itu ia tetap mempertahankan integritas dirinya sebagai hamba Tuhan, sebab ia tidak mau nama Tuhan dipermalukan. Dan yang terakhir Paulus senantiasa menjaga kemurnian ajarannya, tetap berpegang pada injil Kristus.

DAFTAR PUSTAKA

http://ezrachristian.blogspot.com/2012/04/proses-komunikasi-misi-paulus.html (diakses pada 4-11-2021. 20:38).

GP,Herianto. (2020). Teologi Pastoral. Yogyakarta: PBMR Andi.

Salman, dkk. 2018. Strategi komunikasi konseling dalam meningkatkan kualitas hidup remaja. Hal 71.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun