Mohon tunggu...
mangsebadas
mangsebadas Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas airlangga

INFP

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Ketergantungan Pelajar Terhadap GPT yang Membunuh Kreatifitas dan Pemikiran Kritis

7 Januari 2025   23:35 Diperbarui: 7 Januari 2025   23:35 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: east ventures

            Di era yang serba maju sekarang, Teknologi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah-Satu teknologinya yaitu Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) atau yang biasa kita sebut dengan AI. Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein Artificial Intelligence merupakan "kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel. Ada pun jenis model AI yang kerap kali digunakan untuk membantu pekerjaan yaitu Model GPT (Generative Pre-training Transformer) merupakan sebuah sistem yang memiliki fungsi untuk berhubungan atau berinteraksi dalam teks percakapan berbasiskan teks, teknis sederhananya adalah seperti kita bertanya dengan guru di kelas, akan tetapi kamu bertanya kepada AI dan secara otomatis memperoleh jawaban dalam waktu singkat. Teknologi ini juga memiliki berbagai jenis flatform, seperti Chat GPT yang memiliki 14,6 miliar pengunjung hingga tahun 2024 ini, ada pun Gemini yang di kembangkan oleh perusahaan Google dan Copilot yang di kembangkan oleh Microsoft. Karena penggunaannya yang sangat praktis dan mudah di akses oleh segala kalangan.

GPT ini juga seringkali digunakan untuk membantu mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti membuat rangkuman, mengerjakan latihan soal dan bahkan tak jarang disalahgunakan untuk mengerjakan ujian berbasis online. Tentu ini berakibat fatal karena ujian merupakan salah-satu kegiatan untuk mengtahui seberapa paham siswa untuk memahami suatu materi yang telah disampaikan oleh pengajar dan juga sebagai bahan evaluasi pengajar agar tahu apabila terjadi ketidakpaham siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Akan tetapi siswa malah menggukan GPT untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Hal ini mengakibatkan pelajar di indonesia menjadi terlalu bergantung terhadap AI. Alhasil pelajar menjadi menjadi malas dan bodoh akibat kurangnya memahami materi yang harusnya dipelajari dengan latihan soal dan tes-tes lain, hal ini seharusnya menjadi tolak-ukur pelajar tersebut dalam memahami suatu materi. Selain itu, GPT juga digunakan pada saat kegiatan presentasi. Hal ini seharusnya berdampak positif, akan tetapi ada beberapa siswa yang menyalahgunakan GPT. Alhasil siswa membuat materi presentasi hanya dengan menyalin materi dari GPT tanpa memahami isi dari materi tersebut. Ini membuat siswa hanya membaca teks pada saat presentasi karena tidak paham dengan materi yang ingin disampaikan, lalu apabila siswa lain yang belum paham dan mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang materi yang telah disampaikan. Mereka akan menggunakan GPT untuk membantu mencari jawaban dari pertanyan tersebut.

 Ketergantungan inilah yang dapat mengurangi kemampuan siswa untuk berfikir kritis, hal ini sangat penting terutama siswa untuk menganalisi informasi dan menarik kesimpulan, serta mengesplorasi ide-ide baru.  Mengandalkan GPT untuk melakukan analisis sangat berisiko kehilangan kemampuan untuk mempertanyakan informasi yang ada dan mengevaluasi sumber secara kritis. Dalam jangka panjang, tentunya ini akan menghasilkan sumber daya manusia dengan pikiran dangkal dan tidak pandai dalam mengembangkan argument. Selain itu, ketergantungan GPT dalam kegiatan belajar-mengajar membuat siswa tidak mau berusaha untuk mengeksplorasi ide-ide orisinal sesuai dengan karakteristik mereka, yang dapat mengurangi inovasi dan orisinalitas dalam menghasilkan suatu karya. Bahkan dapat mengahambat dalam keterampilan analitis dan kreatifitas untuk masa depan.

Namun, kemajuan yang kita hadapi saat ini sangat berdampak positif jika diperlakukan dengan bijak. AI dapat berfungsi sebagai alat bantu yang meningkatkan pembelajaran, memberikan akses yang lebih luas ke sumber informasi, dan mendukung siswa dalam proses belajar mereka. Penggunaan AI dalam konteks pembelajaran dapat mempercepat proses penguasaan materi dan memungkinkan para siswa untuk lebih fokus pada aspek-aspek yang lebih kompleks dalam studi mereka. Hal inilah yang harus ditekankan bahwa integrasi AI dalam pendidikan harus tetap diwaspadai jangan sampai siswa terlalu bergantung kepada teknologi. Pemerintah juga perlu berkontribusi dalam merancang kurikulum yang mengedepankan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah, sekaligus mengajarkan siswa cara menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti proses belajar.

Ketergantung terhadap teknologi inilah yang akan menghambat perkembangan sumber daya manusia dalam kemajukan bangsa. Hal ini diperoleh dari kemudahan teknologi yang berkembang dengan pesat. Namun, penyalahgunaan terhadap teknologi dapat mempengaruhi penurunan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa AI berfungsi sebagai alat bantu yang mendukung pengembangan keterampilan kognitif yang esensial

 

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun