Mohon tunggu...
Dian P Putra
Dian P Putra Mohon Tunggu... Editor - Editor

Journalist and Environment Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dari Bibit hingga Rimba: Memaksimalkan Berita Penanaman Mangrove

29 Januari 2025   13:32 Diperbarui: 29 Januari 2025   19:45 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peliput kegiatan di kawasan mangrove (Sumber: Imagen 3 Image generator)

Galibnya, kegiatan penanaman mangrove seringkali diiringi dengan seremonial yang meriah. Apalagi di era keterbukaan informasi, dimana siapapun dengan smartphone di tangannya, berpeluang memproduksi berita nya sendiri secara mandiri. Idealnya, berita penanaman mangrove, jauh lebih berwarna dan menceritakan berbagai sisi kegiatan penanaman mangrove yang selama ini kurang terekspos. Namun, apakah pemberitaan hanya sebatas acara penanaman sudah cukup? Atau, perlukah kita juga menyoroti pertumbuhan mangrove yang telah dewasa? Mari kita bahas lebih dalam.

Memberitakan Seremonial Penanaman Mangrove

Cobalah anda ketik di mesin pencari, dengan keyword : penanaman mangrove !  Hasilnya pasti sangat banyak, ada perusahaan menanam mangrove 2000 batang (saja), jaringan perhotelan juga turun lumpur menanam bakau, organisasi mahasiswa melumpurkan kader mudanya ke kawasan mangrove, atau ada aksi tanam 80 ribu mangrove di pulau garam untuk tanggap bencana. Sangat banyak berita penanaman mangrove, baik yang diproduksi media mainstream maupun oleh pewarta warga. Mengapa berita penanaman yang notabene identik dengan seremonial penanaman mangrove mudah ditemukan di mesin pencari?  

  • Kelebihan:
    • Meningkatkan kesadaran: Acara seremonial dapat menarik perhatian media dan masyarakat luas, sehingga isu pentingnya mangrove semakin tersorot.
    • Mendorong partisipasi: Masyarakat lebih terdorong untuk terlibat langsung dalam kegiatan pelestarian lingkungan.
  • Kekurangan:
    • Kurang berdampak jangka panjang: Jika tidak diikuti dengan pemantauan dan perawatan, keberhasilan penanaman bisa dipertanyakan.
    • Risiko overpromising: Janji-janji akan keberlanjutan ekosistem mangrove perlu diimbangi dengan tindakan nyata.

Berita seremonial penanaman mangrove, sejatinya sangat banyak memberikan informasi edukatif terkait nilai-nilai positif yang dimiliki mangrove. Namun demikian, kompleksitas keberhasilan penanaman mangrove yang sejatinya tidak hanya bergantung kepada besarnya jumlah tanam dan ekpos media, relatif tidak tersampaikan kepada publik. Sekedar contoh nyata, di pesisir utara jawa barat, pernah dilakukan penanaman mangrove secara seremonial dengan jumlah 1 juta bibit mangrove oleh sebuah perusahaan otomotif ternama. Walhasil, gaung kesuksesan tanam dan ajakan menanam mangrove secara massal, juga menggema. End Story. Pembaca, menikmati informasi bahwa telah tertanam 1 juta bibit mangrove di pesisir utara jawa barat. Apakah nasib dari 1 juta mangrove tersebut akhirnya berfungsi secara ekologis (karena semangat menanam mangrove, sejatinya adalah untuk memanen kemanfaatan ekologis tersebut setelah sekian periode pertumbuhan), atau apakah sejuta mangrove tersebut kini menjadi tempat tinggal mewah bagi berbagai macam hewan pesisir di pantai utara jawa?    

Memberitakan Pertumbuhan Mangrove yang Dewasa

Saya yakin, sebagian besar pembaca tidak akan dengan mudah menebak usia pohon mangrove, yang sudah mencapai tinggi 7-8 meter, dengan diameter batang 15 cm. Kecuali, bila anda memiliki ingatan kuat, bahwasanya sekitar 7-8 tahun lalu, pernah berlumpur bersama komunitas (sembari tebar pesona ke cewek gebetan) menanam baby mangrove di lokasi yang kini dipenuhi rimbunan mangrove tersebut. Beritanya, saya kira cukup sulit ditemukan di media mainstream, namun mungkin masih dapat ditemukan di jurnal maupun blog. Berikut, kekurangan dan kelebihan memberitakan pertumbuhan mangrove yang sudah dewasa. 

  • Kelebihan:
    • Menunjukkan hasil nyata: Keberhasilan pertumbuhan mangrove membuktikan bahwa upaya konservasi telah membuahkan hasil.
    • Membangun kepercayaan: Masyarakat semakin percaya bahwa upaya pelestarian lingkungan dapat memberikan dampak positif.
    • Menginspirasi: Kisah sukses restorasi mangrove dapat memotivasi pihak lain untuk melakukan hal serupa.
  • Kekurangan:
    • Kurang menarik secara visual: Pertumbuhan mangrove mungkin tidak semenarik acara seremonial dengan banyak peserta.

Kesimpulan

Idealnya, pemberitaan mengenai penanaman mangrove menggabungkan kedua pendekatan di atas. Dimulai dengan liputan meriah saat penanaman untuk menarik perhatian publik, kemudian dilanjutkan dengan pemantauan dan pemberitaan berkala mengenai pertumbuhan mangrove. Melalui tulisan kompasiana ini, penulis menyodorkan ide untuk mengangkat prespektif lain dari kegiatan penanaman mangrove, dengan mengangkat proses yang telah terjadi, di wilayah yang sudah tertanami mangrove secara seremonial tersebut. Memberitakan kedatangan burung migran yang bertahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada, menceritakan kemunculan kepiting prajurit yang sekarang lebih mudah ditemukan diantara perakaran mangrove, dan berbagai hal lain yang sejatinya, menarik unuk dibahas. Dengan demikian, masyarakat dapat melihat proses restorasi mangrove secara utuh dan termotivasi untuk terus mendukung upaya pelestarian lingkungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun